ï»żDokumenProgram Pengembangan Kewirausahaan. smp pgri626. Program Inovasi Madrasah Atau Rencana Pengembangan Madrasah (Rpm) asmaul husna. Forum Komunikasi Dengan Lembaga Pddk Lain Dan Ortu Siswa. asmaul husna. PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN. Ayunda Mas'Ulah. PEMANFAATAN HASIL INOVASI & KREATIVITAS.xlsx.
Salam dan bahagia pembaca. Sahabat TREND GURU , pada kesempatan kali ini Admin ingin membagikan informasi tentang Download Contoh Program Kewirausahaan Sekolah, Lengkap!.Kewirausahaan Sekolah sebagai dokumen Program Kepala Sekolah. Program Koperasi Siswa atau yang disingkat dengan KOPSIS di susun sebagai bentuk penanaman dan pengembangan konsep kewirausahaan dilingkungan sekolah. Dalam kesempatan ini kami keluarga besar sekolah dasar negeri 4 aikmel mencoba untuk melakukan kegiatan pembelajaran kepada warga sekolah khususnya bidang layanan koperasi siswa yang modalnya bersumber dari guru. Hal ini ditujukan untuk mempermudah akses layanan kebutuhan alat atau media pembelajaran kepada siswa sehingga kebutuhan siswa cepat terpenuhi tanpa harus keluar dari lingkungan sekolah. Koperasi siswa ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan mengurangi resiko berbelanja diiluar lingkungan sekolah. Kewirausahaan SekolahSejalan dengan potensi dan minat siswa dalam memilih kebutuhan belanja terutama kebutuhan peralatan belajar siswa maka dipandang perlu untuk membuat sebuah koprasi siswa kecil kecilan yang dihajatkan untuk memenuhi butuhan siswa sehingga mereka tidak terlalu jauh keluar dari lingkungan sekolah untuk berbelanja. Pasalnya berangkat dari beberapa pengalaman yang telah lalu sudah banyak kejadian kecelakaan berlalu lintas. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pihak sekolah berupaya untuk meminimalisir kejadian kejadian yang serupa sehingga berdasarkan mufakat bersama warga sekolah tercetus keinginan untuk membuat sebuah koprasi siswa KOPSIS. Koperasi didirikan berdasarkan surat keputusan bersama antara Departemen Transmigrasi dan Koperasi dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 16 Juli 1972 Nomor 275/skpts/Mentranskop dan Nomor 0102/U/1983. Kemudian diterangkan lebih lanjut ddalam surat keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor 633/SKPTS/Men/1974. Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud dengan koperasi siswa/sekolah adalah koperasi yang didirikan di sekolah-sekolah SD, SMP, SMA, Madrasah dan Pondok Pesantren. Landasan pokok dalam perkoperasian Indonesia bersumber pada UUD 45 pasal 33 ayat 1. Pasal ini mengandung cita-cita untuk mengembangkan perekonomian yang berasas kekeluargaan. Peraturan yang lebih terinci tertuang dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 1992. Undang-undang ini berisi tentang pedoman bagi pemerintah dan masyarakt mengenai cara-cara menjalankan koperasi, termasuk koperasi sekolah. Koperasi sekolah tidak berbadan hukum, pengurus dan pengelola koperasi sekolah dilakuka para siswa di bawah bimbingan kepala sekolah dan guru-guru terutama guru yang ada di tingkat SD pada Sekolah Dasar Negeri 4 Aikmel. Tanggung jawab ke luar sekolah tidak dilakukan oleh pengurus sekolah. DOWNLOAD FILE LENGKAPKoperasi sekolah tidak berbadan Hukum seperti koperasi-koperasi lainya. Karena siswa atau pelajar pada umumnya belum mampu melakukan tindakan hukum. Status koperasi sekolah yang dibentuk di sekolah merupakan koperasi terdaftar tetapi tetap mendaptkan pengakuan sebagi perkumpulan koperasi. Koperasi sekolah diharpkan menjadi saran bagi pelajar untuk belajar melakukan usaha-usaha kecil-kecilan, mengembangkan kemampuan berorganisasi, mendorong kebiasaan untuk berinovasi, belajar menyelesaikan masalah. Untuk itu dalam mendirikan koperasi sekolah diperlukan pertimbangan-pertimbangan agar selaras dengan apa yang diharapkan. Koperasi siswa yang dilaksanakan disekolah bersipat pembelajaran kejujuran dimana siswa dapat berbelanja disekolah meskipun tidak memiliki uang dan mengambil barang kebutuhan sesuai kebutuhan. Hal ini ditujukan untuk menghindari resiko berbelanja dilluar lingkungan sekolah guna menghindari kecelakaan berlalu lalang dijalan raya dan salah satu tujuan utamanya adalam membentuk karakter siswa yang jujur dalam berbelanja, sehingga menjadikan ia sebagai pribadi yang jujur dan bertanggungjawab. Download Contoh Program PROGRAM KOPSIS SD/SMP/SMA/SMKDasar Pertimbangan Pendirian Koperasi Sekolah terdiri dari1 Menunjang program pembangnan pemerintah di sektor perkoperasian melalui program pendidikan sekolah hanya sebatas menunjang kebutuhan alat tulis kepada Menumbuhkan kesadaran berkoperasi dikalangan siswa dan berbelanja dengan Membina rasa tanggung jawab, disiplin serta setia kawan dan jiwa Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berkoperasi agar kelak berguna di Membantu kebutuhan siswa serta mengembangkan kreatifitas siswa di dalam dan di luar koperasi siswa adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakt pada umumnya, serta ikut membangun tata perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakt yang adil makmur. Sedangkan pembentukan koperasi sekolah di kalangna siswa dilaksankan dalam rangka menunjang pendidikan siswa dan latihan harian bertugas mengelola usaha administrasi dan keuangna harian dapat diatur bergantian antara pengurus koperasi sekolah atau ditunjuk secara tetap atau bergantian antara guru dan karyawan anggota koperasi yang tidak menduduki jabatan pengurus atau pengawas koperasi. Rapat dan atau musawarah merupakan kekuasaan tertinggi di tata kehidupan koperasi yang berarti berbagi persoalan mengenai koperasi siswa hanya ditetapkan dalam rapat sekolah. Di sini warga sekolah dapat berbicara memberikan usulan dan pertimbangan menyetujui suatu usul atau menolaknya serta memberikan himbauan atau masukan yang berkenan dengan koperasi. agar tidak menggangu kegiatan belajar mengajar di Anggota tahunan Menetapkan 1 Anggaran dasar Kebijakan umum Memilih serta mengangkat Memberhentikan Mengesahkan pertanggungjawaban pengurus dalam pelksanaan anggota Tahunan dianggap sah apabila yang menghadiri rapat telah melebihi jumlah menimal Kuorum. Hal-hal yang dibicarakan dalam rapat Tahunan adalah sebagi berikut 1 Penilaian kebijaksanaan pengurus selama tahun buku yang Neraca tahunan dan perhitungan laba Penilaian laporan Menetapkan pembagian SHU5 Pemilihan pengurus dan Rencana kerja dan rencan anggaran belanja tahunan selanjutnya.
Setidaknyadokumen ini bisa dijadikan contoh rencana program pengembangan kewirausahaan di Sekolah. Namun tidak jarang peserta kegiatan akan diminta membuat laporan hasil. Program Koperasi Siswa atau yang disingkat dengan KOPSIS di susun sebagai bentuk penanaman dan pengembangan konsep kewirausahaan dilingkungan sekolah. 4320 kali Contoh Format
100% found this document useful 16 votes7K views9 pagesOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN UNIT PRODUK KEWIRAUSAHAANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 16 votes7K views9 pagesProgram Pengembangan Unit Produk KewirausahaanOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN UNIT PRODUK KEWIRAUSAHAANJump to Page You are on page 1of 9 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 8 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
DokumenProgram Pengembangan Kewirausahaan. smp pgri626. Program Inovasi Madrasah Atau Rencana Pengembangan Madrasah (Rpm) asmaul husna. Forum Komunikasi Dengan Lembaga Pddk Lain Dan Ortu Siswa. asmaul husna. PEMANFAATAN HASIL INOVASI & KREATIVITAS.xlsx. Ruslan Abdul Gani. Area kompetensi lulusan SMK adalah kemampuan kewirausahaan. Hal tersebut sejalan dengan pembangunan ekonomi negara berkembang. Pembangunan pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk memciptakan kemaslahatan ekonomi yang hasilnya bisa dirasakan masyarakat. Salah satu bentuk kewirausahaan di SMK adalah mendorong lulusan SMK untuk mampu membuka Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, UMKM merupakan stimulan perekonomian yang sangat penting. Krisis ekonomi yang melanda dunia termasuk Amerika Serikat hampir tidak dirasakan Indonesia yang perekonomiannya didominasi UMKM. Namun demikian, dinamika perkembangan ekonomi yang pesat, perlu dilakukan kajian sebaran tenaga kerja yang bekerja pada UMKM. Hal ini untuk memberikan gambaran sektor-sektor UMKM yang banyak didirikan sehingga pemerintah dapat menyiapkan sumber daya manusianya. Tujuan kajian ini adalah menganalisa karakteristik pelaku UMKM di Indonesia dan mengetahui profil wirausaha-wirausaha pada UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pelaku UMKM di Indonesia mencakup 99% sebagai pendiri perusahaan dan termasuk ke dalam kategori "mikro" sebesar 69%. Responden pada penelitian ini adalah 49% pendiri UMKM laki-laki dan 51% perempuan. Dilihat dari segi usia, peta pelaku UMKM di Indonesia menunjukkan sedikit kesenjangan antara yang lebih muda umur 35 kebawah sebesar 40% dibandingkan dengan pendiri yang lebih tua umur 35 keatas sebesar 60%. Namun dari tingkat pendidikannya, kesenjangannya cukup berarti dengan figur yang memiliki gelar sarjana ke atas hanya 15%, selebihnya secara mayoritas berpendidikan sekolah menengah, yang konsistensi angka partisipasi dalam pendidikan sekolah menengah yang ada. Pelaku sektor UMKM yang terbesar yaitu pada tiga sektor, eceran atau grosir 26,2%, bahan atau manufaktur 24,8% dan restoran atau layanan makanan dan minuman 22,6% Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SMK PROFIL PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH UMKM DI INDONESIA Susunan Dewan Redaksi VOCATIONAL EDUCATION POLICY, WHITE PAPER ISSN 2685-5739 Volume 1 Nomor 5 Tahun 2019 Dewan Redaksi Penanggung Jawab Direktur PSMK, Dr. M. Bakrun, Ketua Redaksi Kasubdit Program dan Evaluasi, Arie Wibowo Khurniawan, Redaksi Pelaksana Chrismi Widjajanti Arfah Laidiah Razik Farid Prasetyo Adi Muhammad Abdul Majid Ahmad Rofiuddin Syafaa Editor Gustriza Erda, Fotografi, Desain & Artistik Ari Muhammad Raidinoor Dzorif Fadlan Online Redaksi Muhammad Herdyka Mitra Redaksi Editorial Advisory Board 1. Prof. Dr. Waras Kamdi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang 2. Prof. Dr. Suwarna, Universitas Negeri Yogyakarta 3. Hamid Muhammad, Universitas Negeri Jakarta 4. Dr. Ima Ismara, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta 5. Irmawaty, SE., Universitas Terbuka Alamat Redaksi dan Distribusi Redaksi VOCATIONAL EDUCATION POLICY, WHITE PAPER Gedung E Lantai 12-13 Kompleks Kemendikbud Jalan Jenderal Sudirman Senayan Jakarta 10270 Telp. 021 ñ€“ 5725477 Hunting 5725471-74 Fax. 021 ñ€“ 5725049 Laman Surel PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SMK PROFIL PELAKU USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH UMKM DI INDONESIA Arie Wibowo KhurniawanAbstrak. Area kompetensi lulusan SMK adalah kemampuan kewirausahaan. Hal tersebut sejalan dengan pembangunan ekonomi negara berkembang. Pembangunan pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk memciptakan kemaslahatan ekonomi yang hasilnya bisa dirasakan masyarakat. Salah satu bentuk kewirausahaan di SMK adalah mendorong lulusan SMK untuk mampu membuka Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, UMKM merupakan stimulan perekonomian yang sangat penting. Krisis ekonomi yang melanda dunia termasuk Amerika Serikat hampir tidak dirasakan Indonesia yang perekonomiannya didominasi UMKM. Namun demikian, dinamika perkembangan ekonomi yang pesat, perlu dilakukan kajian sebaran tenaga kerja yang bekerja pada UMKM. Hal ini untuk memberikan gambaran sektor-sektor UMKM yang banyak didirikan sehingga pemerintah dapat menyiapkan sumber daya manusianya. Tujuan kajian ini adalah menganalisa karakteristik pelaku UMKM di Indonesia dan mengetahui profil wirausaha-wirausaha pada UMKM di Indonesia. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pelaku UMKM di Indonesia mencakup 99% sebagai pendiri perusahaan dan termasuk ke dalam kategori "mikro" sebesar 69%. Responden pada penelitian ini adalah 49% pendiri UMKM laki-laki dan 51% perempuan. Dilihat dari segi usia, peta pelaku UMKM di Indonesia menunjukkan sedikit kesenjangan antara yang lebih muda umur 35 kebawah sebesar 40% dibandingkan dengan pendiri yang lebih tua umur 35 keatas sebesar 60%. Namun dari tingkat pendidikannya, kesenjangannya cukup berarti dengan figur yang memiliki gelar sarjana ke atas hanya 15%, selebihnya secara mayoritas berpendidikan sekolah menengah, yang konsistensi angka partisipasi dalam pendidikan sekolah menengah yang ada. Pelaku sektor UMKM yang terbesar yaitu pada tiga sektor, eceran atau grosir 26,2%, bahan atau manufaktur 24,8% dan restoran atau layanan makanan dan minuman 22,6%. Kata Kunci Kewirausahaan SMK, Statistika Deskriptif, UMKMPENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat Sukirno 1994. Menurut Lincolin 1997, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau tidak. Kepala Subdit Program dan Evaluasi, Direktorat Pembinaan SMK, Ditjen Dikdasmen, Kemdikbud Staf Subdit Program dan Evaluasi Konsultan Subdit Program dan Evaluasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM merupakan stimulan perekonomian pada negara berkembang. Selain telah terbukti tahan terhadapa krisis ekonomi dunia, UMKM memiliki keunggulan-keunggulan lain dibandingkan dengan usaha besar seperti 1 Inovasi dalam teknologi terbukti dengan mudah dapat dilakukan dalam pengembangan produk; 2 Berbasis sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian suatu wilayah; 3 Kemampuan menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja cukup banyak; 4 Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya terbelenggu pada birokratis yang dimilikinya; 5 Terdapat dinamisme manejerial dan peranan kewirausahaan; 6 Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia; 7 Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif Azrin, 2004. Kajian UMKM di Indonesia dikembangkan oleh The Evidence Network TEN. The Evidence Network TEN didirikan pada tahun 2009 oleh Dr. Brian Barge dan Dr. Margaret Dalziel, dan berfokus pada melakukan penilaian dampak untuk enabler inovasi, baik besar dan kecil, di seluruh Amerika Utara, Eropa, dan Asia. TEN telah memberikan penilaian terhadap inovasi yang memungkinkan organisasi yang berkisar dari program inkubator bisnis, organisasi penelitian dan pengembangan, hingga program pendanaan inovasi, dan pengembangan ekonomi. Dalam kenyataannya, perusahaan termasuk UMKM merupakan sebuah produk dari beberapa lingkungan. Sedangkan untuk mempertahankannya harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah-rubah. Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar organisasi Robbins, 1994. Lingkungan tidak sebatas lingkungan internal organisasi saja, namun terdapat lingkungan eksternal dan lingkungan industri. Lingkungan eksternal terdiri dari unsur-unsur yang berada di luar organisasi, yang relevan terhadap kegiatan organisasi itu Stoner, 1996. Lingkungan industri memiliki pengaruh langsung terhadap daya saing strategis dan laba UMKM di atas rata-rata. Intensitas persaingan dan potensi laba merupakan fungsi dari lima kekuatan kompetitif dan lingkungan internal ini dimungkinkan untuk dikendalikan oleh para pelaku bisnis, sehingga dapat diarahkan sesuai dengan keinginan UMKM dalam upaya meningkatkan pertumbuhan usaha. Menurut Suprapto dalam Setiawan, 2010 pertumbuhan perusahaan adalah peningkatan ukuran usaha dan adanya ekspansi operasi perusahaan melalui pengelolaan kekuatan yang ada dalam perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Kajian terhadap karakteristik pelaku UMKM perlu dilakukan diantaranya tentang sebaran tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan tersebut. Hal ini akan memberikan gambaran sektor-sektor yang banyak didirikan sehingga pemerintah dapat menyiapkan sumber daya manusianya. Selain tentang sebaran sektor UMKM, profil tentang wirausaha juga diperlukan untuk memberikan motivasi kepada lulusan SMK di Indonesia untuk membuka lapangan pekerjaan. Dari uraian di atas maka kajian ini akan membahas profil, pertumbuhan dan tantangan pelaku UMKM di Indonesia. Tujuan Tujuan pada kajian ini adalah 1. Mengetahui profil pelaku UMKM di Indonesia secara umum, dan 2. Menganalisa karakteristik UMKM di Indonesia sebagai bahan masukkan kebijakan pengembangan kewirausahaan SMK. Manfaat Manfaat pada kajian ini adalah 1. Memberikan dasar penentuan kebijakan dalam mempersiapkan sumber daya manusia khususnya lulusan SMK yang sesuai pada sektor UMKM yang dibutuhkan 2. Memberikan motivasi kepada para penggiatn SMK di Indonesia untuk mendorong siswa SMK untuk mampu berwirausaha baik mandiri maupun melalui UMKM sehingga mampu berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat. METODE KAJIAN Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari The Asia Pacific Foundation Of Canada APF Canada. APF Canada mengumpulkan 448 pelaku UMKM melalui tatap muka wawancara di berbagai daerah di Indonesia. Populasi survei dipilih secara acak melalui jaringan yang ada yang diidentifikasi oleh TEN, dan termasuk jaringan UMKM yang diidentifikasi dalam Survei Global Entrepreneurship Monitor 2016 tentang Indonesia. Populasi sampel mencakup beragam wilayah di Indonesia, dengan konsentrasi tertinggi UMKM di ibukota Jakarta. Data survei telah dikontekstualisasikan dalam laporan ini dengan informasi dari penelitian dilakukan oleh berbagai organisasi dan pakar internasional dan regional. Analisis Data Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Statistika deskriptif. Analisis deskriptif merupakan salah satu analisis statitiska yang menampilkan data sehingga mempunyai informasi yang bermakna. Analisis ini digunakan untuk melihat sebaran dari sektor-sektor UMKM dan profil pelakunya. Sebaran terkait umur, pendidikan, jenis usaha dan lainnya dari responden yang diamati. HASIL DAN PEMBAHASAAN Pelaku UMKM di Indonesia melalui responden yang ada terindikasikan bahwa 99% meupakan pendiri perusahaan mereka. Dilihat dari skala UMKM, sebagian besar atau 69% termasuk dalam kategori "mikro", dengan pendapatan tahunan kurang dari Rp300 juta. Gambar 1. Karakteristik pendapatan UMKM Dari total responden, 49% pendiri UMKM adalah laki-laki dan selebihnya atau 51% perempuan. Dilihat dari faktor usia, pelaku UMKM di Indonesia tidak menunjukkan kesenjangan yang berarti, pelaku UMKM dengan usia kurang dari 35 tahun sebesar 40% dibandingkan dengan pendiri yang lebih tua atau usia diatas 35 tahun sebesar 60%. Meskipun setengah dari populasi Indonesia berusia di bawah 30 tahun, orang muda Indonesia menghadapi tingkat pengangguran yang tinggi secara tidak proporsional. Secara sistemik kondisi di Indonesia tidak memberikan dukungan kuat bagi kaum muda untuk masuk ruang UMKM, dengan komunitas dan keluarga memberikan penekanan kuat memasuki karier yang stabil seperti pegawai negeri, kedokteran, hukum, dan teknik. Revenuepra-pendapatandibawah 300 milyar300- milyar1 milyarLebih dari MilyarTidak Tahu Selanjutnya, Indonesia tidak memiliki kekuatan pendukung yang mendukung kegiatan dan inovasi UMKM maupun kewirausahaan dari usia muda, seperti kursus kewirausahaan di sekolah menengah atau pusat inovasi. Sementara inovasi kewirausahaan muncul, mayoritas dari mereka terkonsentrasi di 2. Karakteristik pelaku UMKM di Indonesia Dalam hal pengalaman luar negeri atau internasional, pelaku UMKM di indonesia tercatat hanya sebanyak 2% dari responden yang ada. Pengalaman internasional secara luas didefinisikan sebagai belajar, bekerja, atau berpartisipasi dalam pelatihan pengembangan keterampilan di luar Indonesia. Potret ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM di Indonesia tidak terhubung dengan baik ke jaringan pengetahuan Internasional yang diyakini dapat bermanfaat bagi usaha mereka dan pertumbuhannya di masa depan. Dilihat dari latar belakang pendidikannya, pelaku UMKM di Indonesia yang memiliki gelar sarjana atau yang lebih tinggi hanya 15%. Mayoritas latar pendidikan pendidikan adalah bersertifikat atau lulusan sekolah menengah termasuk dari Sekolah Menengah Kejuruan SMK, konsisten atau selaras dengan peningkatan angka partisipasi dalam pendidikan sekolah menengah yang ada. Tingkat penyelesaian sekolah menengah di Indonesia telah naik dari 40% menjadi 47% dari 2010 hingga 2015 secara nasional OECD 2017, namun terindikasi mempunyai peringkat yang rendah dalam hal pelatihan usaha atau kewirausahaan di semua tingkatan sekolah Global Entrepreneurship Monitor 2016. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud sangat responsive terhadap keadaaan tersebut di atas. Sesuai dengan tupoksi, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat PSMK telah melakukan langkah-langkah stategis melalui 1 pengembangan dan penerapan model pembelajaran Teaching Factory TeFa; dan 2 menambah mata pelajaran baru pada kurikulum SMK yaitu Produk Kreatif dan Kewirausahaan PKK. Dengan TeFa atau pembelajaran berbasis produk barang/jasa dari persiapan, proses hingga menjualnya ke masyarakat dilakukan oleh anak didik sepenuhnya guru hanya sebagai fasilitator. Hal tersebut menggambarkan proses usaha utuh dimana anak didik dapat melakukannya setelah lulus, baik dengan menciptakan usaha/pekerjaan sendiri maupun secara berkelompok dalam bentujk UMKM sesuai kompetensi yang dipelajarinya. 49% 51%40%60%15%2%0%10%20%30%40%50%60%70%Laki-laki Perempuan Usia 34 kebawahUsia 35 keatasGelar Sarjana PengalamanInternasionalJumlah %Kategori Sedangkan mata pelajaran PKK khusus dirancang untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan kemampuan berkreasi anak didik tidak terbatas pada kompetensi keahlian yang dipelajarainya namun lebih kepada kebutuhan pasar. Dengan terobosan ini, lulusan SMK diharapkan mudah mengisi kebutuhan tenaga kerja, usaha dan semua sektor-sektor UMKM yang 3. Pengalaman kerja pengusaha pada UMKM di IndonesiaPada gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan pengalaman kerja, hanya 32 % pelaku UMKM di Indonesia yang memiliki pengalaman kerja selama 5 lima tahun atau lebih. Selebihnya, 46% memiliki pengalaman kerja kurang dari 5 lima tahun yang bermanfaat di bidang usahanya atau UMKM, dan 21% sama sekali tidak memiliki pengalaman kerja yang dapat mendukung usahanya. Dalam hal gender atau jenis kelamin pelaku UMKM, perempuan lebih berhasil menjalankan usaha UMKM walaupun tanpa pengalaman kerja jika dibandingkan dengan laki-laki dengan perbandingan prosentasi 27% dan 14%. Gambar 4. Karakteristik sektor-sektor pada UMKM di Indonesia 1%21%46%25%7%PengalamanKerjaSaya bukan pendiriTidak ada pengalamanpekerjaanKurang dari 5 tahun5-10 tahunLebih dari 10 dan BudayaLayanan KeuanganPerikananNon Profit dan sosialPertanianEnergi, Pertambangan atau KehutananEntertainmentKesehatan, Medis, BioteknologiHotel dan AkomondasiPariwisataLayanan PendidikanTransportasi dan LogisticSoftwareKontruksiLingkunganInformasi atau Komunikasi HardwareProfesional atau layanan BisnislainnyaPengolahan MakananResturant atau food dan layanan bavaragebahan atau manufakturEceran atau grosirJUMLAH % Dilihat dari sektoral pada gambar 4 di atas, hampir Ă‚ÂŸ tiga perempat atau 73,6% pelaku UMKM di Indonesia berada di 3 tiga sektor. Perdagangan; eceran atau grosir 26,2%; Manufaktur bahan 24,8%; dan Pariwisata restoran atau layanan makanan dan minuman 22,6%. Kurang dari 1% pada sektor pertanian. Namun, statistik nasional menunjukkan 42% UMKM di Indonesia berada di ñ€Ɠpertanian, peternakan, kehutanan, dan Perbedaan ini mungkin karena dua hal, pertama, beberapa responden survei dalam kategori pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan berasal dari industri pengolahan makanan yang paling dominan USAID 2012, kedua, sebagian besar responden diambil dari perkotaan di berbagai wilayah, oleh karena itu mungkin belum sepenuhnya mewakili daerah pedesaan, yang dominan secara pertanian. Gambar 5 Karakteristik responden pada sektor UMKM di Indonesia Responden yang merupakan pengusaha/ wirausaha perempuan merupakan mayoritas pendiri UMKM dalam empat industri teratas, dengan pengecualian bahan atau manufaktur. Dalam sektor industri-industri ini tidak terdapat kesenjangan yang berarti antara generasi yang lebih muda di bawah 35 tahun dan generasi yang lebih tua lebih dari 35 tahun dengan komposisi prosentase 40 % berusia muda, dan 60 % berusia tua. Hal ini merupakan gambaran kesenderungan di semua industri yang di survei. Indonesia adalah negara muda dengan usia rata-rata 27,9 tahun Central Intelligence Agency 2018, menyediakan lingkungan yang memungkinkan bagi orang muda untuk berkecimpung dan berhasil dalam UMKM. Pemerintah harus mempunyai kebijakan strategis demi kemajuan ekonomi dan mengantisipasi faktor-faktor sosial dan ekonomi untuk mendukung wirausahawan muda di bawah 35, sehingga TeFa dan PKK merupakan kebijakan strategis untuk mencapainya. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan Pengusaha dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM di Indonesia mencakup 99% adalah pendiri perusahaan dan termasuk ke dalam kategori "mikro" sebesar 69%. Dari total responden, 49% yang adalah pendiri UMKM laki-laki dan 51% perempuan pendiri UMKM. Pengusaha dan UMKM di Indonesia tidak menunjukkan kesenjangan yang berarti antara yang pelaku yang berusia lebih muda usia 43%37%30%46%57%63%70%54%58%59%48%55%43%41%52%45%Pengolahan MakananRestoran atau makanan atau layananbaverageBahan dan ManufakturEceran atau GrosirUsia 34 ke bawah Usia 35 ke atas Perempuan Laki-laki kurang dari 35 tahun sebesar 40% dibandingkan dengan pendiri yang lebih tua usia lebih dari 35 tahun sebesar 60%. Tingkat pendidikan pengusaha dan UMKM di Indonesia ditengarai sangat sedikit yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi atau hanya 15%. Mayoritas pencapaian pendidikan tertinggi adalah sekolah menengah, konsisten dengan peningkatan angka partisipasi dalam pendidikan sekolah menengah yang ada. Tiga sektor UMKM yang terbesar yaitu Perdaganganeceran atau grosir 26,2%, Manufaktur bahan 24,8% dan Pariwisata restoran atau layanan makanan dan minuman 22,6%. Rekomendasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM di Indonesia merupakan salah satu pendukung untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Keberadaan UMKM secara langsung akan mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat luas. Peran SMK perlu dimaksimalkan terutama penerapan model pembelajaran Teachinfg Factory TeFa dan diajarkannya mata pelajaran Produk Kreatif dan Kewirausahaan PKK di SMK guna memperoleh sumber daya manusia yag handal dan berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Central Intelligence Agency. 2018. The World Factbook. publications/the-world-factbook/fields/ Faisal. 2002. Kalau Begitu, Saya Berani Berwirausaha. Jakarta Bina Rena Pariwara. Lincolin A. 1997. Ekonomi Pembangunan Edisi ketiga. Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPN. OECD. 2017. Education at a Glance 2017. Robbin SP. 1994. Organization Theory, Structure, Design, and Application. Third Edition. New Jersey Prentice-Hall Inc. Setiawan P. 2010. Entrepreneurial orientation pada industri kreatif di jawa timur dan Pengaruhnya terhadap pertumbuhan perusahaan. Skripsi. Universitas Kristen Petra. Stoner JAF. 1996. Manajemen Terjemahan. Jakarta Penerbit Erlangga. Sukirno S. 2005. Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta. Raja Grafindo Persada. USAID. 2012. ñ€ƓA Snapshot of Indonesian Entrepreneurship and Micro, Small, and Medium Sized Enterprise ... Disamping itu, rendahnya minat para pelaku UMK untuk mengurus izin usaha disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya legalitas usaha dan manfaat memiliki izin usaha serta kurangnya pengetahuan mengenai syarat dan tata cara pengajuan izin usaha Nugrahenti et al., 2021 dan rendahnya tingkat pendidikan Khurniawan et al., 2019. Dari jumlah UMK sebanyak ...Iwan Setyawan Rudi LaksonoJunias Robert GultomNoga merupakan jenis makanan ringan tradisional yang diproduksi oleh anggota kelompok Tani Mukti di Desa Sukajadi, Kabupaten Bogor. Produk Noga ini sudah menjadi ikon desa dan memiliki potensi untuk memperluas pasar sasarannya, tetapi terkendala oleh belum adanya legalitas usaha. Mitra tidak begitu mengerti mengenai pentingnya dan manfaat memiliki izin usaha. Disamping itu mitra juga tidak memahami proses pengurusan izin usaha tersebut dan awam teknologi ketika harus mendaftar melalui sistem OSS. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini untuk memberikan pemahaman mengenai manfaat memiliki izin berusaha bagi usaha mitra, memetakan posisi dan kelompok klasifikasi usaha mitra serta untuk mendapatkan Nomor Induk Berusaha NIB. Metode kegiatan yang digunakan, pertama adalah metode sosialiasi yang digunakan untuk mengedukasi mitra mengenai pentingnya dan manfaat memiliki izin berusaha. Kedua metode self-assessment untuk menilai posisi dan kelompok klasifikasi usaha mitra. Terakhir, metode pendampingan untuk mengurus Nomor Induk Berusaha NIB. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, mitra mampu memahami dan menyadari pentingnya dan manfaat dari memiliki izin berusaha bagi perkembangan dan keberlangsungan usahanya di masa yang akan datang. Atas kesadaran tersebut, mitra memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh izin berusaha dan mitra bersedia diberikan pendampingan dalam proses pengurusan izin berusaha tersebut. Hasil self-assessment menempatkan posisi usaha mitra berada dalam kategori usaha berisiko rendah dan masuk dalam kelompok klasifikasi usaha mikro dan kecil sehingga izin berusaha yang harus dimiliki adalah NIB. Hasil pendampingan pengurusan izin berusaha saat ini mitra memiliki NIB. Pendekatan yang tepat mampu meningkatkan motivasi mitra untuk mengurus izin berusaha, sehingga dalam waktu yang relatif singkat, mitra mendapatkan NIB.... SPW is a learning model for developing student skill set on entrepreneurship through the real experience of entrepreneurs learning in school subject Produk Kreatif dan Kewirausahaan PKKWU and digital communication simulation [4]. The purpose of SPW is to develop student intention and creativity in entrepreneurship beyond their vocational skill [5]. ...... Sekolah Menengah Kejuruan SMK merupakan salah satu bentuk pendidikan formal di Indonesia yang memiliki kurikulum mengacu pada pemenuhan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri DU/DI Thahara, Mulyadi, & Utama, 2016 diakses 13/11/2019, Tujuan dari penyelenggaran SPW di SMK adalah untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan kreativitas peserta didik yang tidak terbatas pada bidang keahliannya Khurniawan, Rivai, & Turijin, 2019. Sejak dikeluarkannya program ini pada tahun sudah terbentuk tiga angkatan sekolah, namun sosialisasi mengenai program ini belum merata pada setiap sekolah di Indonesia. ...Penelitian ini betujuan untuk menilai pengaruh dimensi personal value terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Kiansantang. Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional melalui pendekatan explanatory survey. Pengumpulan data dari 75 orang responden siswa kelas 12 SMK Kiansantag menggunakan kuisioner. Analisis teknik yang digunakan adalah tabel frekuensi dan analisis jalur. Hasil perhiutngan dari personal value secara simultan berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa dimensi self-direction secara dominan mempengaruhi intensi P. RobbinsSumario The determinants what causes structure? - Organizational design choosing the right structural form - Applications contemporary issues in organization theory - Applications cases in organization theoryEkonomi Pembangunan Edisi ketiga. Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPNA LincolinLincolin A. 1997. Ekonomi Pembangunan Edisi ketiga. Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPN. OECD. 2017. Education at a Glance orientation pada industri kreatif di jawa timur dan Pengaruhnya terhadap pertumbuhan perusahaan. SkripsiP SetiawanSetiawan P. 2010. Entrepreneurial orientation pada industri kreatif di jawa timur dan Pengaruhnya terhadap pertumbuhan perusahaan. Skripsi. Universitas Kristen Terjemahan. Jakarta Penerbit ErlanggaJaf StonerStoner JAF. 1996. Manajemen Terjemahan. Jakarta Penerbit Makro Ekonomi. Jakarta. Raja Grafindo PersadaS SukirnoSukirno S. 2005. Pengantar Makro Ekonomi. Jakarta. Raja Grafindo Snapshot of Indonesian Entrepreneurship and Micro, Small, and Medium Sized Enterprise DevelopmentUsaidUSAID. 2012. "A Snapshot of Indonesian Entrepreneurship and Micro, Small, and Medium Sized Enterprise Development." ASPEKKEWIRAUSAHAAN. Program Pengembangan SDM (MGMP Madrasah,Work shop,IHT,Lesson study) Dokumen Pemberian Reward Kepada Siswa; Dokumen Program Ekskul Drumband; Program Peningkatan Kompetensi Guru ; Pembagian Tugas Mengajar Dan Jadwal Pembelajaran ; Program Pelestarian Berwawasan Lingkungan; 100% found this document useful 1 vote104 views13 pagesDescriptionprogram pengembangan kewirausahaanOriginal Titleprog pengembangan kewirausahaanCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote104 views13 pagesProg Pengembangan KewirausahaanOriginal Titleprog pengembangan kewirausahaanJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Adapunruang lingkup program pengembangan kewirausahaan Tahun 2020/2021 di MTS RADEN FATAH PANGKAH. 1. Identifikasi program pengembangan kewirausahaan 2018-2019. 2. Analisis program pengembangan kewirausahaan tahun 2018-2019. 3.

0% found this document useful 0 votes136 views16 pagesDescriptionPROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANOriginal TitleCONTOH LAPORAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes136 views16 pagesContoh Laporan Program Pengembangan KewirausahaanOriginal TitleCONTOH LAPORAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANJump to Page You are on page 1of 16 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 14 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.

PROGRAMPRIORITAS PEMBANGUNAN KEWIRAUSAHAAN 2. 1. ISU STRATEGIS BACKGROUND KEWIRAUSAHAAN DI INDONESIA. EKOSISTEM KEWIRAUSAHAAN NASIONAL 7.Belum ada kebijakan mendukung perkembangan wirausaha sosial. TEKNOLOGI TEPAT GUNA, KEBERLANJUTAN USAHA DAN INTERNASIONALISASI 0,24 0,39 0,25 0,53 0,3 0,28 0,19 0,24 0,49 0,09 0,04 0,17 0,25 0,29 0,23 0,61 ï»żPENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SMP PGRI 6 SURABAYA NASKAH PUBLIKASI SMP PGRI 6 SURABAYA TAHUN 2018 1 Pendahuluan Unit usaha dan unit produksi merupakan bagian dari kewirausahaan yang perlu diwujudkan dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah, agar 2 mampu memberikan bekal dan kemandirian bagi peserta didik yang menjadi tanggung jawab bersama antara kepala sekolah dan guru. Unit usaha merupakan suatu bentuk kegiatan yang mampu menghasilkan keuntungan, misalnya menjahit, penjualan, koperasi, dan sebagainya. Sedangkan unit produksi adalah kegiatan yang mampu mengolah dan menghasilkan suatu barang, sepert beternak ayam petelur, pedaging, dan sebagainya. Kewirausahaan yang dapat dikembangkan di SMP PGRI 6 SURABAYA antara lain unit usaha dan unit produksi. Unit usaha berupa koperasi siswa, dan koperasi guru, sedangkan unit produksi berupa sablon dan menjahit. Darri kedua unit kewirausahaan tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan visi dan misi sekolah, tdak mengganggu kegiatan rutn sekolah. Tujuan umum mendeskripsikan tentang pengembangan kewira− usahaan SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat. Sedangkan tujuan khusus penelitan, yaitu mendeskripsikan tentang 1 Bagaimana pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP PGRI 6 SURABAYA ; 2 Bagaimana pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 SURABAYA Metode Penelitian Jenis penelitan adalah kualitatf Ditnjau dari pendekatannya, penelitan ini termasuk penelitan kualitatf. Lokasi penelitan di SMK PGRI 1 Karanganyar. Penelitan ini menyajikan data–data kualitatf yang diperoleh dari hasil penelitan tanpa ada intervensi dari penelit. Penelitan kualitatf Qualitative research adalah suatu penelitan yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristwa aktvitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok Sukmadinata, 2005 60. Pendekatan penelitan fenomenologi. Subjek penelitan adalah kepala sekolah dan guru. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Jenis data dalam penelitan ini adalah data kualitatf berupa kata-kata, hasil wawancara, observasi, hasil analisis dan dokumentasi atau 3 semua catatan yang terarsip di sekolah dan data sejenis lainnya sepert photo, visi misi sekolah yang mendukung penelitan ini. Data hasil wawancara diperoleh dari kepala sekolah, ketua komite, dan guru. Jenis data dari hasil observasi berupa catatan lapangan tentang pengembangan sarana prasarana sekolah. Sumber data penelitan adalah sumber data primer berupa hasil wawancara dan observasi lapangan dengan informan, sedangkan sumber data sekunder berupa hasil studi dokumen yang diperoleh dalam penelitan. Untuk penentuan informan bahwa setelah penelit melakukan prasurvey sebagai studi pendahuluan, penelit menetapkan pihak-pihak yang menjadi subjek narasumber yang dijadikan sebagai subjek penelitan. Pemilihan informan dilakukan berdasarkan pertmbangan pada kemampuan mereka untuk memberi informasi yang diperlukan dalam penelitan. Dalam penelitan ini, narasumbernya, yaitu kepala sekolah, dan guru. Teknik analisis data dilaksanakan selama pengumpulan data dan analisis data setelah pengumpulan data . Keabsahan data menggunakan pengamatan secara terus menerus, trianggulasi data. teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding tehadap data yang diperoleh melalui wawancara, untuk mencari atau memperoleh standar kepercayaan data yang diperoleh dengan jalan melakukan pengecekan data, cek ulang, dan cek silang pada dua atau lebih informasi, dan membicarakan dengan orang lain rekan-rekan sejawat yang banyak mengetahui dan memahami masalah yang ditelit. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitk dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini juga mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kewirausahaan adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang secara kreatf dan inovatf untuk mewujudkan nilai tambah. Tujuan pengembangan 4 kewirausahaan bagi kepala sekolah adalah untuk meningkatkan kualitas kewirausahaannya dan mengembangkan dan gurunya. Banyak karakteristk kewirausahaan yang dapat dimiliki oleh kepala sekolah sebagai wirausaha. Tetapi, pada materi ini dibatasi pada inovasi, kerja keras, motvasi tnggi, pantang menyerah. Dan kreatf untuk mencari solusi terbaik. Untuk menjadi wirausahawan sukses harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewirausahaan. 1. Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP PGRI 6 SURABAYA Kualitas dasar daya hat kewirausahaan memiliki karakteristk/ dimensi-dimensi sebagai berikut prakarsa/inisiatf tnggi; ada keberanian moral untuk mengenalkan hal-hal baru; proaktf, tdak hanya aktf apalagi hanya reaktf; berani mengambil resiko; berani berbeda; properubahan dan bukan pro kemapanan; kemauan, motvasi, dan spirit untuk maju sangat kuat; memiliki tanggungjawab moral yang tnggi; hubungan interpersonal bagus; berintegritas tnggi; gigih, tekun, sabar, dan pantang menyerah; bekerja keras; berkomitmen tnggi; memiliki kemampuan untuk memobilisasi orang lain; melakukan apa saja yang terbaik; melakukan perbaikan secara terus menerus; mau memetk pelajaran dari kesalahan, dari kesuksesan, dan dari praktekpraktek yang baik; membangun teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah; percaya diri; pencipta peluang; memiliki sifat daya saing tnggi, tetapi mendasarkan pada nilai solidaritas; agresif/ofensif; sangat humanistk dan hangat pergaulan; terarah pada tujuan akhir, bukan tujuan sesaat; luwes dalam pergaulan; selalu menginginkan tantangan baru; selalu membangun keindahan cita rasa melalui seni kriya, musik, suara, tari, lukis, dsb.; bersikap mandiri akan tetapi supel; tdak suka mencari kambing hitam; selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai tambah sumberdaya; terbuka terhadap umpan balik; selalu ingin mencari perubahan yang lebih 5 baik meningkatkan/mengembangkan; tdak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya; dan keinginan menciptakan sesuatu yang baru. Kualitas dasar daya fisik/raga kewirausahaan memiliki karakteristk/ dimensi-dimensi sebagai berikut menjaga kesehatan secata teratur; memelihara ketahan/stamina tubuh dengan baik; memiliki energi yang tnggi; dan keterampilan tubuh dimanfaatkan demi kesehatan dan kebahagiaan hidup. Menurut Tasbillah 20116, menyatakan bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktf. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tndakan yang kreatf dan innovatf. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.. Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan. Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering 6 dianggap tdak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha Anonim, 2012 6. Seseorang yang ingin menjadi wirausahawan sukses tdak cukup hanya memiliki kualitas dasar kewirausahaan, akan tetapi kualitas instrumental kewirausahaan penguasaan disiplin ilmu. Misalnya, seorang kepala sekolah, pengawas, atau kepala dinas pendidikan kabupaten/kota, harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas di bidang pekerjaan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya. Kreatvitas dan inovasi merupakan dimensi-dimensi pentng kewirausahaan. Kreatvitas adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Sedang inovasi adalah penciptaan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Contoh hasil inovasi adalah koperasi sekolah, di mana sekolah menyediakan usaha koperasi yang menjual alat tulis, buku, tas, sepatu, dan sebagainya, warga sekolah bisa memenuhi kebutuhannya melalui pemanfaatan koperasi sekolah. Kegiatan wirausaha lain. Yohanes Surya menemukan cara-cara pembelajaran fisika yang inovatf sehingga menghasilkan juara olimpiade fisika tngkat dunia. Penemu jarimatka menemukan pembelajaran matematka di SD. Phytagoras menemukan rumus Phytagoras dalam guru. Di Tidore memanfaatkan gelombang laut dan alam sekitar sebagai laboratorium praktk siswa,dan koleksi pohon langka di SMA Ambarawa sebagai sarana observasi siswa dan guru. Kewirausahaan dapat dipelajari melalui sistem manajemen strategi. Ada empat kompetensi yang perlu dimiliki wirausaha, yakni pengetahuan tentang proses produksi, jaringan usaha, dukungan finansial, dan kemampuan manajemen. Kewirausahaan hendaknya diberikan sejak dini dengan cara melihat dunia nyata di luar ruang kelas, sepert melihat proses produksi di pabrik, bengkel, bank, atau sentra kerajinan. Siswa SMP juga perlu 7 diajarkan tentang ketdakpastan dan risiko bisnis dalam dunia usaha. Naluri kewirausahaan harus dibangun sejak dini dari keluarga. Kepala dan guru bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan guru sebagai organisasi pembelajar yang efektf. Berikut disampaikan beberapa cara untuk mempengaruhi seseorang agar mau bekerja keras, menanamkan keyakinan bahwa banyak bukt keberhasilan seseorang karena kerja keras. Apabila kita ditanya tentang keberhasilan kita, maka jawaban kita adalah berkat kerja keras, meanamkan keyakinan, warga sekolah harus bekerja keras agar yang dibutuhkan tercapai. Jangan mengharapkan sesuatu, jika tdak berbuat sesuatu, menanamkan keyakinan, saya ingin jadi orang yang bermanfaat. Banyak penganggur ingin bekerja, menentukan target yang harus dicapai, menunjukkan kerja keras untuk dijadikan contoh bagi siswa. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan. Semakin maju suatu wirausaha sekolah makan semakin banyak orang yang terdidik, maka semakin dirasakan pentngnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih mantap jika ditunjang oleh wirausahawan yang berart karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tdak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia, dan pengawasannya. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi 8 ekonomi. Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat 1. Dengan adanya penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 koperasi berkedudukan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tdak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Koperasi sekolah di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat adalah koperasi yang didirikan oleh para warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, maupun siswa sebagai tempat pendidikan dan lathan berkoperasi di sekolah. Koperasi Sekolah tdak berbentuk badan hukum, tetapi mendapat pengakuan sebagai perkumpulan koperasi dari Kantor Departemen Koperasi. Ciri khas koperasi di SMP PGRI 6 SURABAYA, antara lain bentuknya badan usaha yang tdak berbadan hukum, anggotanya siswa-siswa sekolah tersebut, keanggotannya selama kita masih menjadi siswa, koperasi sekolah dibuka pada waktu istrahat khusus bagi petugasnya adalah siswa, karena sebagai lathan dan praktk berkoperasi, melath disiplin dan kerja, menyediakan perlengkapan siswa, mendidik siswa hemat menabung, dan tempat menyelanggarakan ekonomi dan gotong royong bagi warga SMP PGRI 6 SURABAYA Di samping itu, pelaksanaan operasional pelayanan koperasi di SMP PGRI 6 SURABAYA ditunjuk petugas yaitu dua guru yang siap melayani pada saat istrahat, dan dibantu dua orang tenaga tata usaha pada saat jam efektf pembelajaran, jika setap saat membutuhkan alat tulis, dan sejenisnya, sedangkan pengurus OSIS diberikan tugas untuk membantu melayani pada saat jam istrahat seara bergiliran. 2. Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 Surabaya Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 Surabaya memerlukan motvasi merupakan salah 9 satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang motvasi membantu para Kepala dan guru untuk menumbuhkan motvasi baik bagi dirinya maupun warga sekolah. Kepala dan guru sebagai wirausahawan harus memiliki motvasi yang kuat untuk mencapai sukses bagi siswanya. Hal ini bertujuan untuk meraih sukses melalui motvasi yang kuat dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, mengembangkan potensi sekolah, menjadi contoh bagi warga sekolah. Sebelum memotvasi orang lain, kepala sekolah dan guyru untuk memotvasi diri sendiri terlebih dahulu, dengan cara antara lain berpikiran positf. Ketka mengkritk orang begitu terjadi ketdakberesan, tetapi kita lupa memberi dorongan positf agar mereka terus maju. Jangan mengkritk cara kerja orang lain kalau kita sendiri tdak mampu memberi contoh terlebih dahulu. Kepala dan guru dalam hal ini sebagai model, menciptakan perubahan yang kuat. Adanya kemauan yang kuat untuk mengubah situasi oleh diri sendiri. Mengubah perasaan tdak mampu menjadi mampu, tdak mau menjadi mau. Kata, ”Saya juga bisa” dapat membantu meningkatkan motvasi berprestasi. Kepala dan guru dalam hal ini sebagai agent of change. Kepala sekolah dan guru membangun harga diri. Banyak kelebihan kita sendiri yang tdak dimiliki orang lain, memantapkan pelaksanaan. Ungkapkan dengan jadwal yang jelas dan laksanakan, membina keberanian, kerja keras, kemandirian, dan bersedia belajar dari orang lain. Kepala sekolah dan guru selalu berusaha melakukan yang terbaik, dan mengeliminasi sikap suka menunda-nunda. Hilangkan sikap menunda-nunda dengan alasan pekerjaan itu terlalu sulit dan segeralah untuk memulai. Kepala sekolah dan guyru harus menumbuhkan kesadaran dan sikap pantang menyerah adalah daya tahan seseorang bekerja sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai. Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motvasi yang kuat untuk sukses. Orang yang 10 pantang menyerah selalu bekerja keras dan motvasi kerjanya juga tak pernah pudar. Kepala sekolah dan guru perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tdak mudah putus asa dalam menyelesaikan permasalahan, menghadapi tantangan dan kendala yang ada di sekolahnya. Sudah banyak bukt hasil penelitan bahwa kepala dan guru yang memiliki sifat pantang menyerah akan mampu memajukan sekolahnya dengan sukses. Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah dengan menguatkan hat diri sendiri dan warga dan guru agar tdak mudah berputus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan, dan selalu menjaga kesehatan jiwa dan raga agar tdak mudah leth atau sakit. Motvasi kerja kepala sekolah dan guru adalah keinginan melakukan sesuatu untuk memenuhi kepentngan yang bersumber dari kebutuhan. Kepala dan guru perlu memiliki motvasi yang kuat agar sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dan menjadi teladan bagi warga dan guru. Tujuh cara memotvasi diri sendiri dan orang lain. Pantang menyerah adalah daya tahan seseorang bekerja keras sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai. Kepala sekolah/ madrasah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tdak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan, permasalahan, dan kendala yang dihadapi oleh dan guru. Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah selalu menjaga kesehatan jiwa dan raga serta menguatkan hat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Menurut Agus 20122, mengemukakan bahwa di samping tugas manajerial dan supervisi, kepala sekolah juga memiliki tugas kewirausahaan. Tugas kewirausahaan ini tujuannya adalah agar seko-lah memiliki sumbersumber daya yang mampu mendukung jalannya sekolah, khususnya dari segi finansial. Selain itu juga agar sekolah membudayakan perilaku wirausaha di kalangan warga sekolah, khususnya para siswa. 11 Salah satu tugas Kepala dan guru adalah menemukan solusi terbaik dalam menghadapi tantangan, permasalahan, dan kendala-kendala di dan guru. Untuk menemukan solusi terbaik tersebut, berikut disampaikan dua teori yang dapat dipraktkkan di dan guru Anda, yaitu kreatvitas dan pemecahan/solusi masalah. Seseorang yang kreatf memiliki ciri-ciri antara lain 1 cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri; 2 cenderung memikirkan alternatf solusi/tndakan yang tdak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan; 3 tdak takut untuk mencoba halhal baru; 4 tdak takut dicemoohkan oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan; 5 tdak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh; 6 toleran terhadap kegagalan dan frustasi; 7 memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda; 8 melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas, kejujuran, menjunjung sistem nilai, dan bertujuan positf. Kepala dan guru harus memiliki kreatvitas agar apa yang dilakukan membawa perubahan-perubahan baru kearah yang lebih bagi sekolahnya dan memiliki alternatf solusi terbaik untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Beberapa cara untuk mengembangkan/ meningkatkan kreatvitas siswa, antara lain 1 mencurahkan perhatan dan pendapat brain storming adalah sebuah teknik untuk menghasilkan ide-ide baru; 2 mengubah ide-ide yang sudah ada; 3 mempelajari teknik berpikir kreatf dari buku-buku; 4 mengikut pendidikan dan pelathan kreatvitas dan mempraktkkannya; 5 bergaul dengan orang-orang yang kreatf; 6 pelajari proses perubahan ide; dan 7 apresiasi terhadap seni. Menurut Febrianto 20123, mengemukakan bahwa ciri-ciri kewirausahaan antara lain 1 Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang tmbul pada dirinya; 2 Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan; 3 12 Memiliki tanggungjawab personal yang tnggi; 4 Berani menghadapi risiko dengan penuh perhitungan; dan 5 Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Lebih lanjut, Agus 20125, menambahkan bahwa Kompetensi kepala sekolah yang cukup sentral dan merupakan pokok dari keberlanjutan program sekolah diantaranya adalah kompetensi Kewirau-sahaan. Sebagai salah satu cara bagaimana sekolah mampu mewujudkan ke-mampuan dalam wirausahanya ini maka kepala sekolah harus mampu menun-jukkan kemampuan dalam menjalin kemitraan dengan pengusaha atau dona-tur, serta mampu memandirikan sekolah dengan upaya berwirausaha. Secara rinci kemampuan atau kinerja kepala sekolah yang mendukung terhadap per-wujudan kompetensi kewirausahaan ini, di antara mencakup a menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan dan guru; b bekerja ke-ras untuk mencapai keberhsilsan dan guru sebagai organisasi pembelajar yang efektf; c memiliki motvasi yang kuat untuk sukses dalam me-laksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin dan guru; d pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi dan guru; e memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa dan guru sebagai sumber belajar peserta didik. 3. Program Pengembangan Dari pengembangan hasil pembahasan kewirausahaan tersebut unit di usaha atas, yang meliput dan pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat, penelit menawarkan program pengembangan sebagai berikut 1. Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP PGRI 6 SURABAYA Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP PGRI 6 SURABAYA agar dapat mencapai maksud dan tujuan 13 yang maksimal, maka koperasi menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut a. Unit usaha pertokoan, menyediakan alat tulis-menulis, buku-buku siswa, pakaian seragam sekolah, alat-alat praktek sekolah, misalnya alat menggambar, alat olahraga, alat praktk biologi, alat praktk kimia dan lain-lain. b. Unit usaha kafetaria atau kantn, menyediakan minuman dan makanan ringan yang diperuntukan bagi guru dan siswa. c. Unit usaha simpan pinjam, mewajibkan para anggota siswa dan guru untuk membayar simpanan wajib secara teratur dan menggiatkan anggota untuk menabung atau menyimpan sukarela secara teratur agar mudah pengelolaannya. Bagi siswa dan guru yang membutuhkan pinjaman juga dilayani sesuai dengan kebuituhan yang diatur dalam komitmen bersama d. Unit usaha jasa, misalnya jasa fotokopi, jasa penjilidan, jasa pengetkan untuk melayani kepentngan guru dan siswa, sehingga tdak perlu keluar dari lingkungan sekolah. 2. Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 SURABAYA Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 SURABAYA memang belum tampak nyata dan belum dikelola dengan optmal, misalnya pelayanan jahitan seragam masih terbatas ditangani oleh beberapa guru keterampilan yang bekerjasama dengan penjahit di luar, yang seharusnya bisa dikelola bersama warga sekolah. selanjutnya, SMP PGRI 6 2 SURABAYA memilki lahan kosong seluas m yang hanya ditumbuhi rumput dan beberapa tanaman keras jat dan mahoni, yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk perkebunan buah, sayu mayur, dan apotk hidup, karena terbatasnya sumber daya manusia yang ada, sehingga 14 pengelolaannya perlu diprogramkan. Untuk itu, penelit menyampaikan penawaran program pengembangan unit produksi berupa penjahitan seragam sekolah, kepala sekolah dan guru perlu mengambil sikap dan inisiatf membentuk kelompok keterampilan yang anggotanya para siswanya diberikan lathan keterampilan mengukur pola dan keterampilan menjahit. 2 Selanjutnya terkait dengan lahan kosong seluas m milik 2 sekolah tersebut dimanfaatkan menjadi tga bagian, seluas m dapat 2 dimanfaatkan untuk tanaman buah, misalnya mangga seluas m untuk 2 tanaman sayur mayur, dan seluas m untuk tanaman apotk hidup. Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat dapat dilakukan melalui pentahapan sebagai berikut. 1 Melakukan evaluasi diri tentang tngkat/level kepemilikan kewirausahaan. Ini dapat dilakukan melalui pengisian daftar kualitas kewirausahaan atau menjawab sejumlah pertanyaan tentang kewirausahaan yang dilakukan setulus-tulusnya dan sejujur-jujurnya; 2 Berdasarkan hasil evaluasi diri profil diri jiwa kewirausahaan, selanjutnya ditempuh melalui berbagai upaya yang disebut “belajar; dan 3 Mempelajari kewirausahaan dapat dilakukan melalui berbagai upaya, misalnya berpikir sendiri, membaca buku, jurnal, internet/web-site, magang, kursus pendek, belajar dari wirausahawan sukses, pengamatan langsung dilapangan, dialog dengan wirausahawan sukses, mengikut seminar, mengundang wirausahawan sukses, menyimak acara-acara kewirausahaan di televisi, atau cara-cara lain yang dianggap tepat bagi dirinya untuk mempelajari kewirausahaan. Dari program pengembangan kewirausahaan di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat dapat ditegaskan bahwa dalam pengembangan kewirausahaan, baik jasa maupun produkdi perlu memiliki rasa percaya diri yang kuat. Sifat-sifat utama di atas dimulai dari pribadi 15 yang mantap, tdak mudah terombang-ambing oleh pendapat dan saran orang lain, secara sadar mau menerima saran-saran orang lain. jangan menghindar dan menolak saran dan kritk orang lain, bahkan dapat memanfaatkannya sebagai masukan untuk dipertmbangkan, kemudian harus memutuskan segera untuk melangkah dan mengerjakan sesuatu yang produktf. Sebagai wirausahawan harus optmis dan percaya diri, dapat mempertmbangkan dengan jernih dan logis atas segala sesuatu yang akan diputuskan dan menjadi komitmen. Menurut Aidis Estrin, dan Mickiewicz 20081 menyatakan bahwa hubungan antara lingkungan kelembagaan dan pengembangan kewirausahaan secara empiris di Rusia, relatf bias berlangsung di Negara maju, transisi, dan negara berkembang lainnya. Sejumlah penelitan telah menunjukkan kerjasama berdampak terhadap perilaku kewirausahaan, untuk mengatasi kesenjangan. Benyamin 20101 dari Pusat Pengembangan Inisiatf Masyarakat Afrika menegaskan keuntungan kewirausahaan bagi pemuda dalam suatu organisasi yang berfokus pada pengembangan usaha yang dibentuk pada tahun 2004 untuk membantu pemuda miskin melalui kewirausahaan di Nigeria untuk membangun bisnis yang menciptakan lapangan kerja, pendapatan, dan peluang ekonomi bagi keluarga, masyarakat dan Negara melalui pelathan. Eddison 20123 mengemukakan bahwa Sebagai kontribusi terbesar, sekolah telah melaksanakan kewirausahaan untuk mendukung program akademis tertentu akan membuka kemungkinan baru yang luar biasa untuk seluruh bidang studi kewirausahaan. Ini juga akan memungkinkan program-saat kewirausahaan yang ada di sekolah yang melibatkan lebih dari 30 anggota dan lebih dari 20 program-untuk mencapai potensi penuh dengan meningkatkan penelitan, pengajaran, dan pengembangan. Ellerman 20063 menyebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan 16 dalam ekonomi transisi perlu dilihat sebagai upaya sosial yang sangat luas maju di berbagai bidang sekolah dasar dan menengah, lembaga pendidikan orang dewasa, universitas, dan perguruan tnggi serta dalam domain yang luas pendidikan publik melalui elektronik dan cetak media. Menurut Jonsdottir 2010 4 menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan merupakan kontribusi yang signifikan terhadap upaya yang maksimal dalam memberikan bekal kemampuan dan kecakapan kepada siswa dalam mengembangkan kewirausahaan dan mengidentfikasi kesenjangan antara teori dan praktk, sehingga mampu menumbuhkan kemandirian. Menurut Kerala 2010 1 menyebutkan bahwa inisiatf merupakan sekuel kegiatan diciptakan untuk menumbuhkan budaya kewirausahaan, menghasilkan sesuatu yang daoat dibanggakan dan diandalkan untuk melaksanakan usaha dan kontribusinya bagi masyarakat. Menurut Babson 2012 1 mengatakan bahwa upaya mengembangkan keterampilan siswa sebagai bergairah, pengusaha motvasi diri dalam sebuah komunitas berbasis kerjasama dan mengembangkan keterampilan tertentu yang mampu memberikan bekal bagi siswa. Hasil penelitan Baylor University 2012 1, menyatakan bahwa program kewirausahaan berada di peringkat kedua di negeri Amerika Serikat, dan merupakan salah satu program tertua dari jenisnya. Siswa memperlajari kewirausahaan umumnya untuk mencapai cita-cita masa depan yang baik, memperoleh pekerjaan, bisnis yang memiliki potensi pertumbuhan yang tnggi. Para siswa utama membantu dalam mengidentfikasi pilihan karir yang layak dalam kewirausahaan, memperluas pengetahuan dasar mereka tentang proses kewirausahaan, dan mengembangkan keterampilan manajemen usaha. Simpulan Hasil penelitan dan pembahasan tentang “Pengembangan 17 Kewirausahaan SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat”, dapat disimpulkan sebagai berikut 1 Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat masih terbatas pada usaha koperasi sekolah yang masih terbatas pada pemenuhan sebagian kebutuhan siswa sepert alat tulis dan buku, belum menyentuh kebutuhan semua warga sekolah; 2 Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP Negeri 2 Gunung Wungkal Kabupaten Pat masih terbatas pada kegiatan penjahitan seragam sekolah dan masih melibatkan tenaga penjahit dari luar, belum sepenuhnya dapat diselesaikan oleh warga sekolah sendiri. Di samping itu, pihak sekolah yang memiliki lahan kosong belum dimanfaatkan untuk unit produksi, misalnya untuk perkebunan buah, sayur mayur, dan apotk hidup. Berdasarkan kesimpulan tersebut, penelit menawarkan program pengembangan unit usaha berupa unit usaha pertokoan, unit usaha kafetaria atau kantn, unit usaha simpan pinjam, dan unit usaha jasa, misalnya jasa fotokopi, jasa penjilidan, jasa pengetkan. Sedangkan pengembangan unit produksi berupa memaksimalkan potensi warga sekolah dalam melayani penjahitan seragam sekolah 2 dan seragam dinas lainnya, serta memanfaatkan lahan kosong seluas m milik sekolah tersebut dimanfaatkan menjadi tga bagian, seluas m 2 dapat 2 untuk dimanfaatkan untuk tanaman buah, misalnya mangga seluas m 2 tanaman sayur mayur, dan seluas m untuk tanaman apotk hidup. Dari simpulan tersebut, penelit dapat menyampaikan implikasi sebagai berikut 1 Pengembangan kewirausahaan unit usaha di SMP PGRI 6 SURABAYA akan berhasil dengan baik, maka perlu didukung dengan optmalisasi potensi warga sekolah melalui kegiatan peningkatan keterampilan, kemandirian, dan penambahan jenis usahanya, misalnya pertokoan, usaha simpan pinjam, dan jasa fotokopi; 2 Pengembangan kewirausahaan unit produksi di SMP PGRI 6 SURABAYA akan berhasil jika bukan hanya pada kegiatan penjahitan seragam sekolah saja, tetapi dikembangkan pada seragam dinas, pemanfaatan lahan kosong dibudidayakan untuk tanaman produktf, misalnya tanaman buah mangga, sayur mayur, dan apotk hidup. 18 Dari simpulan dan implikasi tersebut, penelit dapat menyampaikan implikasi sebagai berikut 1 Bagi kepala sekolah dan guru, hendaknya selalu berupaya mengoptmalkan kemampuan kewirausahaan siswa melalui berbagai usaha dengan membekali keterampilan, kecakapan, pengetahuan, dan kemandirian yang kuat, sehingga siswa mampu merealisasikannya dengan baik dan berhasil serta memberikan manfaat bagi semua orang; 2 Bagi pemerintah hendaknya memberikan daya dukung berupa pendidikan dan pelathan bagi kepala sekolah, guru, dan perwakilan siswa tentang kewirausahaan di sekolah, sehingga mereka mampu memberikan manfaat ke depan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan masa depan bangsa; 3 Bagi stakeholders, khususnya orangtua siswa hendaknya memberikan daya dukung dalam pengembangan kewirausahaan di sekolah melalui investasi yang sesuai dengan kebutuhan anak dan sekolah. DownloadDokumen Program Pengembangan Kewirausahaan. Type: PDF. Date: September 2020. Size: 109.5KB. Author: smp pgri626. This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Design model dalam penelitian ini menggunakan model CIPP. Penelitian ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan tiga aspek yang dievaluasi yakni hasil belajar siswa, respon orang tua, dan respon siswa. Pada aspek hasil belajar, semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Implikasi dalam penelitian ini, diharapkan program entrepreneurship berdampak pada motivasi belajar siswa dan membudayakan kecakapan life skill siswa sekolah dasar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Jurnal Basicedu Volume 3 Nomor 3 Tahun 2019 Halaman 861-869 JURNAL BASICEDU Research & Learning in Elementary Education EVALUASI PROGRAM KEWIRAUSAHAAN DI SDK PENABUR Gendis Woro Pawestri1, M. Syarif Sumantri2, Erry Utomo3 Universitas Negeri Jakarta, Indonesia Email Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Design model dalam penelitian ini menggunakan model CIPP. Penelitian ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Hasil menunjukkan tiga aspek yang dievaluasi yakni hasil belajar siswa, respon orang tua, dan respon siswa. Pada aspek hasil belajar, semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Implikasi dalam penelitian ini, diharapkan program entrepreneurship berdampak pada motivasi belajar siswa dan membudayakan kecakapan life skill siswa sekolah dasar. Kata Kunci Evaluasi Program, entrepreneurship, siswa sekolah dasar. Abstract This study aims to determine the learning outcomes of students in SDK Penabur in the implementation of entrepreneurship programs especially in mastering skills and character as well as obtaining scores in national examinations. This study uses an evaluation method with a qualitative approach. The design model in this study used the CIPP model. This research was conducted at SDK Penabur in the Jabodetabek area. The results show three aspects evaluated, namely student learning outcomes, parental responses, and student responses. In aspects of learning outcomes, all criteria are stated to have been fulfilled. The aspects of the response of parents and students are several criteria that are not yet appropriate, namely the criteria of parents and students who understand the nature, purpose and benefits of implementing entrepreneurship programs. The implication in this study is that entrepreneurship programs are expected to have an impact on students' learning motivation and cultivate the skills of life skills of elementary school students. Keywords Program Evaluation, entrepreneurship, elementary school students. Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2019 ï€Ș Corresponding author Address ISSN 2580-3735 Media Cetak Email ISSN 2580-1147 Media Online Phone - 861 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 PENDAHULUAN Adanya perkembangan dan kebutuhan diadakannya revisi Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan di Indonesia. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan di masa depan. Karakteristik guru abad 21 ke dalam 5 kategori, yaitu 1 mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar kreatifitas peserta didik 2 merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan assesmen era digital 3 menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital 4 mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital 5 berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan. Daryanto & Karim, 20173. Menurut OECD, 2015, merekomendasikan bahwa negara-negara harus memiliki muatan pelajaran kewirausahaan di semua tingkat pendidikan. Pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan kewirausahaan tidak hanya terbatas pada konteks kognisi, tetapi juga mewujudkan sumber daya manusia yang memiliki life skills yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari di masa mendatang. Kecakapan hidup yang telah dimiliki peserta didik diperoleh tidak sebatas pengetahuan saja yang dihafalkan tetapi juga paham bagaimana cara menggunakan pengetahuan tersebut untuk memecahkan permasalahan sehari-hari Kasapoglu, Didin, & Life, 2019; Kurtdede-fidan, 2018. Kewirausahaan entrepreneurship menjadi salah satu program utama yang dicanangkan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan saat ini. Hal ini dilakukan untuk dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan stabilitas perekonomian bangsa yang berdampak pada pencapaian kesejahteraan masyarakat. Entrepreneurship sebagai proses seseorang atau sekelompok orang memikul resiko ekonomi untuk menciptakan organisasi baru yang akan mengeksploitasi teknologi baru atau proses inovasi yang menghasilkan nilai untuk orang lain Wijatno, 2009. Menurut Pearson, 2014, entrepreneurship terdapat empat aspek dasar ; 1 entrepreneurship melibatkan proses penciptaan, artinya menciptakan sesuatu yang baru 2 entrepreneurship memerlukan waktu dan usaha, para entrepreneur selalu menghargai waktu dan berusaha menciptakan sesuatu yang baru secara maksmal menjadi pedoman dalam proses kegiatan 3 entrepreneurship memiliki resiko tertentu, bentuk resiko pada area ini antara lain resiko keuangan, resiko psikologi dan resiko sosial 4 entrepreneurship melibatkan imbalan sebagai entrepreneur , imbalan yang paling penting adalah indepedensi, diikuti oleh kepuasan pribadi Wijaya,2017. Entrepreneur merujuk pada pribadi yang berani dalam menciptakan sesuatu serta berani mengambil segala resiko dalam proses entrepreneurship Kuswantoro,2014. Kewirausahaan memiliki tiga indikator utama, yaitu berpikir sesuatu hal yang baru kreatif, bertindak melakukan sesuatu yang baru inovatif, serta ingin menciptakan nilai tambah Wijaya, 2017. Secara sederhana arti wirausahawan entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Rajawali, 200916. Berdasarkan arti tersebut, peserta didik diajarkan juga untuk berani mengambil resiko dalam mempraktekkan kegiatan entrepreneurship, sekalipun hasilnya kurang maksimal setidaknya mereka mau mencoba membuatnya. Praktik pendidikan kewirausahaan, seringkali diusulkan bahwa pembelajaran dalam pendidikan kewirausahaan harus dilakukan melalui proses kewirausahaan mirip dengan bagaimana pengusaha belajar. Pedagogik yang diterapkan pada pendidikan kewirausahaan harus dibangun di 862 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 atas peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Informasi harus dibuat secara kolaboratif, dan kegagalan harus diterima sebagai bagian dari proses pembelajaran. Metode kerja harus mengaktifkan proses dan refleksi pembelajaran yang dibagikan peserta didik Plum, 2014; Shavinina, 2013; Ruskovaara &Pihkala, 2015 Perkembangan anak sejak lahir sampai dewasa mengalami tiga periode lamanya yang didasarkan atas gejala perkembangan jasmani dan masing-masing tujuh tahun, yaitu Fase I dari 0 sampai 7 tahun, masa anak kecil ke masa bermain. Fase II dari 7-0 sampai 14 tahun, masa anak belajar atau masa sekolah rendah. Fase III dari 14 sampai 21tahun, masa remaja atau pubertas Syah, 2010186. Fase II inilah peserta didik sekolah dasar mengisi masa belajarnya dengan mengembangkan jiwa kewirausahaannya di sekolah. Dengan harapan, peserta didik memberikan ide-ide kreatif yang dimilikinya Anderson & Jeffery, 1998 . Sekolah dasar di Jakarta yang telah mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan dengan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah yayasan BPK Penabur. Dalam lima tahun terakhir ini BPK Penabur menjalankan program Entrepreneurship di beberapa cabang sekolah, pada jenjang sekolah dasar. Pelaksanaan pendidikan yang berwawasan kewirausahaan ditandai dengan proses pembentukan kecakapan hidup life skill pada peserta didiknya melalui kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Adapun masalah dalam penelitian ini ialah, bagaimana hasil belajar peserta didik di SDK Penabur dalam pelaksanaan program kewirausahaan terutama dalam penguasaan ketrampilan skills dan karakter serta perolehan nilai dalam ujian nasional. METODE Penelitian evaluatif ini dilaksakan di SDK Penabur wilayah Jabodetabek. Sekolah ini dipilih karena baru melaksanakan program entrepreneurship selama 5 tahun terakhir. Penelitian evaluatif ini secara khusus bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan keterlaksanaan program entrepreneurship di SDK Penabur Jakarta. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Model evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam ini merupakan model evaluasi yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. CIPP adalah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu Context evaluation, Input evaluation, Process evaluation, dan Product evaluation. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. HASIL DAN PEMBAHASAN BPK Penabur adalah salah satu Yayasan Pendidikan yang memiliki perhatian tinggi terhadap pendidikan entrepreneurship. Hal ini ditunjukkan melalui pelaksanaan program entrepreneurship di beberapa cabang sekolah, pada jenjang sekolah dasar. Menurut keterangan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, sekolah yang pertama kali melaksanakan program entrepreneurship di lingkungan Penabur adalah SDK Bintaro Jaya dan SDK 9 Penabur yang ada di Harimun. Implementasi program entrepreneurship ini kemudian berkembang ke sekolah-sekolah lain seperti SDK Depok, SDK Bekasi, SDK Jababeka dan SDK Kota Wisata. 863 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Agar mengevaluasi program unggulan yang dimiliki oleh Penabur khususnya yang diselenggarakan di SDK Penabur Kota Wisata, maka dilakukanlah kajian terhadap tiap-tiap komponen dalam program tersebut meliputi konteks, input, proses, dan produk/ hasil penyelenggaraan program unggulan tersebut. Proses evaluasi pada konteks program entreprenurship di SDK Penabur Kota Wisata ini berfokus pada landasan program, visi dan misi sekolah, serta tujuan dan sasaran yang akan dicapai dari keberlangsungan program tersebut di sekolah. Evaluasi pada konteks program entreprenurship berupaya memberikan gambaran dan rincian terhadap kebutuhan sekolah yang ingin dipenuhi serta tujuan yang ingin dicapai goals. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah, diperoleh keterangan bahwa landasan utama dari diselenggarakannya program entreprenurship ini terdiri dari dua hal, yakni kebutuhan sekolah dan arahan formal berupa visi dan misi sekolah. Program entreprenurship yang diselenggarakan sejak 5 tahun belakangan ini didasari pada kebutuhan sekolah untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki karakter kreatif, inovatif, mandiri, berani, bertanggung jawab dan pantang menyerah. Melalui penanaman kualitas-kualitas entreprenurship sejak dini diharapkan siswa kelak dapat menghadapi tantangan dan peluang yang semakin tinggi intensitasnya pada era sekarang ini. Selain itu, hasil wawancara bersama guru mengungkapkan bahwa guru memiliki pemahaman yang sama akan hakekat dan tujuan dilaksanakannya program entreprenurship yakni untuk membentuk karakter peserta didik bukan sekedar untuk mencari uang, berdagang, atau menjadi pengusaha. Pemikiran di atas secara langsung bersesuaian dengan pernyataan visi yang diusung oleh SDK Penabur yakni, “terwujudnya sekolah berdasarkan nilai-nilai Kristiani dengan membangun SDM yang terdidik, berkarakter, serta berkompeten untuk meraih masa depan yang penuh harapan”. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, program entreprenurship sangat relevan untuk diselenggarakan demi mencapai visi yang telah ditetapkan oleh sekolah terutama pada aspek pembentukan karakter dan kompetensi masa depan. Selain itu, program entreprenurship turut melibatkan para pemangku pementingan dalam setiap kegiatannya. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa di antara pemangku kepentingan yang terlibat dalam kegiatan entreprenurship adalah pihak yayasan dan orang tua melalui komite sekolah. Yayasan memiliki peran penting dan signifikan bagi terselenggaranya program entreprenurship di SDK Penabur. Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala sekolah dan membandingkannya dengan kritera evaluasi dapat dibuktikan bahwa peran yayasan telah sesuai dengan criteria. Selain yayasan, pihak yang berperan dalam pelaksanaan program entreprenurship adalah Komite Sekolah. Komite Sekolah pada dasarnya memiliki peran sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan penghubung antara sekolah dengan orang tua murid. Salah satu guru yang diwawancarai menjelaskan bahwa SDK Penabur Kota Wisata memiliki struktur Komite Orang Tua Murid. Meski terdapat keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan entreprenurship seperti memberi dukungan property, peran Komite dinilai belum terlalu signifikan. Komite baru dilibatkan hanya pada saat-saat tertentu khususnya ketika akan diselenggarakan suatu event namun kurang dilibatkan secara aktif dalam rapat-rapat pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program. Artinya jika dibandingkan dengan criteria evaluasi maka peran yang dijalankan oleh Komite belu 864 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Meski begitu, Kepala Sekolah menjelaskan bahwa telah disusun upaya-upaya spesifik untuk meningkatkan peran dan keterlibatan pemangku kepentingan khususnya dari kalangan orang tua murid. Kepala Sekolah menyatakan bahwa mulai tahun ini SDK Penabur Kota Wisata telah mengajak orang tua siswa untuk menyusun proyek-proyek entreprenurship bersama siswa dalam satu tahun ke depan. Proses evaluasi pada input/ masukan program entreprenurship di SDK Penabur Kota Wisata ini berfokus pada prosedur rekruitmen peserta didik, rekruitmen tenaga pendidik, pengembangan kurikulum, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, pengelolaan dan pembiayaan dalam pelaksanaan program kewirausahaan di SDK BPK Penabur. Kualitas input suatu program bergantung pada mekanisme dan prosedur organisasi dalam menerima masukan. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah dan Guru, rekrutmen peserta didik di SDK Penabur Kota Wisata memiliki mekanisme rekrutmen siswa baru. Berdasarkan dokumen yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah, di antara mekanisme tersebut harus memenuhi syarat administrative dan akademis. Syarat administrative memuat identitas diri siswa dan pengisian formulir pendaftaran. Pemenuhan syarat akademis memiliki dua cara. Bagi siswa dalam dari TK Penabur yang hendak melanjutkan pendidikannya di SDK Penabur bisa masuk tanpa tes dan observasi sedangkan siswa luar diharuskan mengikuti proses observasi, tes psikologi dan tes materi Dasar Matematika dan Bahasa Indonesia. Proses observasi dan tes yang dilaksanakan ditujukan untuk memperoleh calon siswa potensial. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa criteria potensial di sini tidak berarti mempersyaratkan kemampuan akademik yang tinggi dari calon peserta didik, melainkan cukup dengan mengambil tingkat kemampuan anak secara rata-rata. Selain itu, tidak ada persyaratan usia khusus bagi calon siswa baru. Persyaratan usia mengikuti kebijakan dan aturan dari pemerintah. Pihak Penabur menegaskan bahwa tidak ada pengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan akademisnya setiap anak dikelompokkan ke dalam masing-masing kelas secara acak random. Berdasarkan hasil penelitian dan membandingkannya dengan kriteria evaluasi yang ditetapkan maka prosedur rekrutmen siswa baru dinyatakan sesuai dengan kriteria kebijakan dari Penabur. Artinya terdapat kesesuaian antara temuan di lapangan dengan kriteria evaluasi yang ditetapkan. Pada aspek kurikulum, keberhasilan program entreprenurship yang terintegrasi dengan kurikulum 2013 dapat diketahui melalui kesesuaiannya dengan pedoman penyusunan kurikulum. Dokumen kurikulum di SDK Penabur Kota Wisata menunjukkan bahwa program entreprenurship dilaksanakan secara tematik dan terintegrasi dengan kurikulum 2013 pada semua mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, SBDP, dan Olahraga. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara program entreprenurship yang menjadi identitas dari SDK Penabur dengan sekolah-sekolah entreprenurship yang lain. Penabur memiliki satu tema besar yang menjadi payung bagi sekolah-sekolah entreprenurship dimana masing-masing sub tema yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dapat saling berkombinasi dan menghasilkan kreativitas yang luar biasa. Pada tahun ini, misalnya, Penabur menetapkan Go Green sebagai payung besar dari tema program entreprenurship-nya . Melalui payung besar ini, sekolah-sekolah entreprenurship di lingkungan penabur dituntut untuk mengembangkan proyek dan hasil yang variatif dan tidak sama meskipun berada dalam satu tema besar yang sama. Go green yang di kota 865 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 wisata, misalnya, akan berbeda kegiatan dan hasil kegiatannya dengan berbeda dengan Go Green yang ada di Bintaro Jaya. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dinyatakan bahwa tema dalam kurikulum entreprenurship sesuai dengan kriteria evaluasi yakni memiliki keunikan dan ciri khas yang memebdakan SDK Penabur dengan sekolah-sekolah entreprenurship yang lain. Data yang diperoleh dari informan kunci menunjukkan bahwa SDK Penabur memiliki mekanisme evaluasi pada setiap jenjang. Evaluasi dilakukan secara hierarkies, mulai dari evaluasi oleh masing-masing guru pada tiap jenjang kemudian dilakukan evaluasi bersama Kepala Sekolah dan Wakil. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa evaluasi atas program entreprenurship dilakukan melalui kegiatan “Jumatan” yang dilaksanakan satu kali dalam satu pean. Namun, karena masih ada kendala pada proses penjadwalan maka waktu evaluasi masih bersifat fleksibel dalam rentang waktu satu kali dalam satu pekan. Data ini terkonfirmasi oleh dokumen presensi kegiatan evaluasi yang dilaksanakan dalam rentang waktu satu minggu sekali. Temuan di atas sesuai dengan kriteria evaluasi yakni adanya mekanisme evaluasi pada setiap kegiatan entreprenurship. Program entreprenurship menyasar pada kompetensi dan keahlian yang spesifik oleh sebab itu juga mensyaratkan criteria tenaga pengajar yang juga memiliki keahlian yang spesifik. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti menetapkan profil dan proses rekrutmen yang sesuai kebutuhan program sebagai salah satu kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tidak dijumpai adanya syarat khusus bagi calon tenaga pendidik. Rekrutmen guru di sekolah entreprenurship SDK Penabur dijalankan sebagaimana sekolah-sekolah lain dilingkungan Penabur. Artinya, tidak ada ketentuan atau syarat-syarat khusus bagi calon tenaga pendidik. Keterangan ini menunjukkan bahwa mekanisme perekrutan guru baru di SDK Penabur tidak sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Meski begitu, guru baru di SDK Penabur akan diikutkan ke dalam pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang diberikan meliputi seminar, workshop entreprenurship, hingga personal development atau pengembangan diri. Pelatihan yang diberikan untuk guru baru dilaksanakan setelah proses rekrutmen sedangkan pelatihan guru secara keseluruhan diberikan dua kali yakni satu kali di awal tahun dan satu kali di pertengahan tahun. Sarana prasarana memiliki peran yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu program pendidikan. Sarana dan prasarana memuat sejumlah criteria yang harus dipenuhi agar program pendidikan dapat terselenggaran secara efektif. Kriteria pertama adalah ketersediaan sarana prasarana dalam mendukung keberlanjutan program entreprenurship. Hasil evaluasi di atas menunjukkan bahwa sarana prasarana SDK Penabur sudah memadai dan sesuai dengan criteria evaluasi. Penyusunan anggaran dan pembiayaan SDK Penabur dilaksanakan secara mandiri oleh masing-masing sekolah berdasarkan tingkat kebutuhan. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa yang berwenang menyusun anggaran sekolah adalah Kepala Sekolah dan disusun berdasarkan tingkat kebutuhan program selama satu tahun. Anggaran tersebut kemudian diajukan, disahkan dan dialokasikan ke masing-masing sekolah oleh Yayasan. Kriteria keberhasilan selanjutnya adalah adanya dukungan pemerintah yang ditunjukkan dengan adanya bantuan operasional khusus yang menunjang kegiatan entrepreneurship. Menurut temuan di lapangan dan pernyataan Kepala Sekolah sama sekali tidak ada intervensi dan bantuan operasional apapun dari pemerintah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa SDK Penabur 866 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 belum memenuhi salah satu criteria keberhasilan yakni adanya bantuan operasional dari pemerintah. Evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana apakah sesuai dengan rencana. Hal itu dilakukan dikarenakan ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik feedback bagi orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan program tersebut. Pada aspek ini peneliti mengevaluasi beberapa criteria keberhasilan di antaranya dilaksanakannya kegiatan eksplorasi, observasi, penemuan gagasan, dan formulasi gagasan dalam proses pembelajaran. Pelaksanan discovery juga terbukti telah memenuhi criteria observasi. Kenyataan ini terkonfirmasi melalui kajian terhadap RPP dan pengamatan di kelas. Guru selalu member perbandingan di kelas antara konsep yang dipelajari siswa di kelas dengan potret-potret kenyataan empiris yang disampaikan ke dalam contoh dan permisalan yang menarik. Menurut hasil pengamatan di kelas didapati keterangan yang menunjukkan bahwa gagasan yang diformulasikan oleh siswa pada aspek sebelumnya dikembangkan ke dalam proyek entrepreneurship dengan melahirkan produk kreatif berupa pengolahan bahan bekas yang ramah lingkungan. Gagasan ini kemudian ditindaklanjuti dengan menelusuri tahap-tahap yang harus dilewati untuk mengolah bahan bekas dan melakukan perkiraan biaya dan manfaat dari proyek pengolahan bahan bekas tersebut. Berdasarkan hasil observasi di atas diperoleh keterangan bahwa aspek design telah memenuhi masing-masing criteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Melalui hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa setelah merancang proyek entrepreneurship siswa diminta oleh guru untuk menetapkan standar berupa waktu penyelesaian, prosedur berupa tata cara menyelesaikan, dan kemudian mengkomunikasikan karya inovatif yang dibuat siswa melalui presentasi di depan keterangan di atas diketahui bahwa aspek “do” telah memenuhi criteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada aspek ini peneliti mengevaluasi beberapa criteria keberhasilan di antaranya dilaksanakannya kegiatan merangkum, merefleksi, menerima umpan balik, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran. Selama melakukan proses observasi terhadap proses pembelajaran di SDK Penabur Kota Wisata peneliti melihat adanya proses evaluasi yang dilakukan oleh guru. Proses evaluasi dilakukan untuk member perbaikan-perbaikan terhadap proses dan hasil yang diperoleh siswa selama melaksanakan proyek entrepreneurship secara tematik dan terintegrasi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan entrepreneurship pada aspek evaluasi juga memenuhi criteria keberhasilan. Evaluasi produk bertujuan mengukur dan mengintrepretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Aspek hasil belajar memuat beberapa criteria keberhasilan di anataranya adalah mekanisme pelaporan hasil belajar dan tingkat perkembangan peserta didik. Menurut keterangan Kepala Sekolah SDK Penabur Kota Wisata, mekanisme pelaporan hasil belajar entrepreneurship tidak memiliki perbedaan dengan sekolah lain yakni melalui pembagian raport. Kepala Sekolah dan beberapa guru yang diwawancarai sepakat bahwa trend perkembangan hasil belajar peserta didik sangat dinamis karena beragamnya minat dan bakat peserta didik ke dalam berbagai tema dan mata pelajaran. Meski begitu trend menunjuk pada arah yang positif dimana siswa keas 6 SDK Penabur 867 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 entrepreneurship memiliki daya saing yang tinggi. Ini terbukti dengan semakin tingginya jumlah peserta didik yang mampu bersaing di tingkat selanjutnya. Hasil temuan evaluasi di atas menunjukkan bahwa evaluasi produk pada aspek hasil belajar telah memenuhi criteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil temuan penelitian SDK Penabur Kota Wisata telah menetapkan landasan formal yang jelas berupa buku pedoman, prosedur, dan petunjuk teknis pelaksaan program entrepreneurship di sekolah. Inti dari tujuan diselenggarakannya program entrepreneurship di sana bukan untuk mengarahkan jalan hidup siswa agar menjadi pengusaha melainkan untuk membentuk karakter siswa yang kreatif, inovatif, mandiri, berani mengambil risiko, dan bertanggungjawab. Temuan tersebut juga diperkuat oleh Gofen & Blomqvist, 2013; Hegarty & Jones, 2008; Siregar, 2018 yang menegaskan bahwa program entrepreneurship dikreasikan atas dasar kebutuhan yang tinggi akan pembentukan karakter peserta didik yang memiliki kualitas entrepreneurship sebagaimana yang telah disebutkan di atas karena munculnya tantangan-tantangan baru sebagai konsekuensi atas bergeraknya revolusi industri global menuju generasi ke empat. Selain daripada itu, hasil studi dokumen menunjukkan bahwa penyelenggaraan program entrepreneurship sejalan dan selaras dengan visi dan misi yang diusung oleh SDK Penabur. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kurikulum di SDK Penabur Kota Wisata adalah kurikulum nasional plus dimana di dalam kurikulum 2013 diintegrasikan sejumlah muatan-muatan entrepreneurship yang tersaji dalam format tematik. Meski memiliki sejumlah perbedaan mendasar dari sisi konsepsional dan teknis dengan sekolah regular, sekolah entrepreneurship khususnya SDK Penabur Kota Wisata mengaku tidak menjumpai kesulitan yang berarti baik dalam menyusun maupun mengimplementasikan kurikulum ke dalam pembelajaran di kelas. Hasil wawancara bersama Kepala Sekolah dan guru juga menunjukkan bahwa masih ada beberapa masalah dan kendala yang dihadapi Penabur dalam menyelenggarakan program entrepreneurship yakni manajemen waktu, kapasitas tenaga pendidik, dan kemampuan siswa. Pada aspek manajemen waktu, Kepala Sekolah dan guru menyatakan masih sangat kesulitan membagi waktu secara efektif antara mengejar ketuntasan materi dengan melaksanakan program entrepreneurship. Kesulitan-kesulitan dalam membagi waktu ini berdampak pada penyelesaian materi yang tidak tuntas sehingga dikhawatirkan akan memberi kerancuan pada siswa dalam memahami hakekat dan tujuan diselenggarakannya program entrepreneurship itu sendiri Connor & Connor, 2015; Plum, 2014. Kendala lain adalah dari segi kapasitas tenaga pendidik dan terdapatnya kerancuan pemahaman orang tua siswa dan siswa akan hakekat dan tujuan dari penyelenggaraan program entrepreneurship. Hal ini diperkuat oleh Lee & Lai, 2010; Longman et al., 2015; Schmitt, 2004 yang menyatakan bahwa kolaboratif dalam pelaksanaan entrepreneurship akan merasa nyaman jika kemitraan seperti peran orang tua dan lingkungan yang mendukung SIMPULAN Berdasarkan hasil evaluasi program entrepreneurship di SDK Penabur dengan menggunakan model CIPP diperoleh kesimpulan sebagai berikut Pada komponen konteks terdapat satu aspek tidak sesuai dengan satu kriteria yang ditetapkan yaitu peran pemangku kepentingkan sedangkan dua 868 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 aspek lainnya telah sesuai dengan yang ditetapkan. Pada komponen input pada aspek peserta didik terdapat kriteria yang tidak terpenuhi yaitu adanya batasan usia peserta didik. Sedangkan pada aspek kurikulum ada satu kriteria yang tidak terpenuhi yaitu adanya pemantauan dari dinas pendidikan. Pada aspek tenaga pendidikan kriteria yang tidak terpenuhi adalah adanya persyaratan khusus bagi calon tenaga pendidik. Aspek pembiayaan tidak memenuhi kriteria tidak adanya pembiayaan dari pemerintah. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa semua kriteria sarana prasarana dinyatakan telah sesuai. Pada komponen proses hasil evaluasi menunjukkan bahwa masing-masing aspek seluruhnya telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Pada aspek produk semua kriteria dinyatakan telah terpenuhi. Adapun aspek respon orang tua dan siswa terdapat beberapa kriteria yang belum sesuai yakni kriteria orang tua dan siswa yang memahami hakekat, maksud dan manfaat dari penyelenggaraan program entrepreneurship. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, & Karim, S. 2017. Pembelajaran Abad 21. Jakarta Gava Media. et al. Teaching and Teacher Education, 64291-304,2017. Diakses dari Anderson, K., & Jeffery, V. 1998. What Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information Center, 1–40. Connor, D. O., & Connor, D. O. 2015. The golden thread educator connectivity as a central pillar in the development of creativity through childhood education . An Irish life history study history study. International Journal of Primary, Elementary and Early Years Education ISSN, 313, 1–12. Daryanto, & Karim, S. 2017. Pembelajaran Abad 21. Jakarta Gava Media. Gofen, A., & Blomqvist, P. 2013. Parental entrepreneurship in public education a social force or a policy problem ? Journal of Education Policy, 294, 546–569. Hegarty, C., & Jones, C. 2008. Graduate entrepreneurship more than child ’ s play. Emerald, 507, 626–636. Kasapoglu, K., Didin, M., & Life, M. 2019. Life Skills as a Predictor of Psychological Well-Being of Pre-Service Pre-School Teachers in Turkey. International Journal of Contemporary Educational Research Volume, 61, 70–85. Kurtdede-fidan, N. 2018. Life Skills from the Perspectives of Classroom and Science Teachers. International Journal of Progressive Education, 141, 32–55. Lee, L., & Lai, C. 2010. An Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers ’ Entrepreneurial Potential in Taiwan. In International Conference on Business and Information pp. 1–11. Kitakyushu, Japan. Longman, P., Mundy, L., Black, R., Bornfreund, L., Byrum, G., Cramer, R., 
 Mccarthy, M. A. 2015. The Case for Building a Social Policy Centered on Families. In Family Centered Social Policy pp. 1–22. OECD. 2015. PISA 2015 Results Volume IV Students’ Financial Literacy Vol. IV. Pearson, R. 2014. Social Enterprises and Social Sector Workforces. In Workforce Initiatives Discussion pp. 1–4. Social Change Group. Plum, M. 2014. A globalised’ curriculum – international comparative practices and the preschool child as a site of economic optimisation. Studies in the Cultural Politics OfEducation, 354, 570–583. Rajawali. 2009. Kewirausahaan. Jakarta Rajawali Pers. Ruskovaara, E., & Pihkala, T. 2015. Entrepreneurship Education in Schools Empirical Evidence on the Teacher’s Role. The Journal of Educational Research, 1083, 236–249. 869 Evaluasi program kewiraushaan di SDK Penabur – Gendis Woro Pawestri, M. Syarif Sumantri, Erry Utomo Jurnal Basicedu Vol 3 No 3 Tahun 2019 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147 Schmitt, E. 2004. Pathways to successful entrepreneurship Parenting , personality , early entrepreneurial competence , and interests, 65, 498–518. Shavinina, L. 2013. How to develop innovators ? Innovation education for the gifted. Gifted Education International, 291, 54–68. Siregar, Y. E. Y. 2018. Self Regulation , Emotional Intelligence acWith Character Building In Elementary School. In Advances in Social Science, Education and Humanities Research Vol. 251, pp. 315–318. Atlantis Press. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Wijatno, S. 2009. Pengantar Entrepreneurship. Jakarta PT. Grasindo. Wijaya, D. 2017. Pendidikan Kewirausahaan. Yogyakarta Pustaka Belajar. ... Penelitian yang dilakukan oleh Pawestri et al., 2020 menyatakan bahwa landasan utama agar diadakannya program kewirausahaan di sekolah adalah kebutuhan sekolah dan arahan formal berupa visi dan misi sekolah. Dari sini diketahui bahwa perangkat sekolah berperan sangat besar untuk dapat menciptakan kesempatan agar siswa dapat menerima pendidikan kewirausahaan di sekolahnya. ... Dadan NugrahaMeida Arriwani WulandariEpa YuningsihNovi SetianiPendidikan kewirausahaan mendidik peserta didik untuk memiliki karakter yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain untuk menjadi pekerja di perusahaan atau bisnis orang lain. Siswa yang memiliki karakter berwirausaha pun akan dapat memandang sesuatu dengan kritis dan kreatif sehingga selalu dapat melihat peluang dari suatu permasalahan yang terjadi. Penelian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai penumbuhan karakter kewirausahaan melalui pengimplementasian pendidikan kewirausahaan di SD Negeri Margaluyu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualiatif deskriptif dengan teknik penelitian wawancara. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di SD Negeri Margaluyu melalui pengembangan diri dengan menerapkan karakter kreatif, mandiri, mampu memecahkan masalah, pantang menyerah, pengelolaan keuangan yang baik, dan bersosialisasi dengan orang banyak.... Sekolah dasar merupakan tempat pembelajaran bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan karakter, termasuk dalam pembentukan karakter wirausaha Pawestri et al., 2019;Permana et al., 2021. Namun, dalam jenjang pendidikan dasar belum terdapat mata pelajaran kewirausahaan, sehingga karakter wirausaha sebaiknya diinternalisasikan dalam setiap mata pelajaran, latihan ekstra kurikuler, lingkungan, dan budaya sekolah Korhonen et al., 2012. ...Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pembelajaran kecakapan hidup berbasis karakter kewirausahaan pada jenjang pendidikan dasar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan sistem coding. Teknik pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan melalui observasi dan juga wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di SDN 90 Mattumpu. Analisis data dengan sistem coding dilakukan dalam 2 tahap, yaitu initial coding dan focused coding. Hasil kajian ini menemukan bahwa guru di SDN 90 Mattumpu sudah mengetahui dan memahami pendidikan karakter kewirausahaan dan nilai-nilai kewirausahaan tetapi belum menerapkan secara maksimal. Temuan lain menunjukkan bahwa kepala sekolah dan guru SDN 90 Mattumpu mengakui bahwa nilai-nilai karakter kewirausahaan sangat penting untuk diterapkan kepada siswa-siswa agar mempunyai bekal dasar agar mereka mulai diperkenalkan dan tertarik dengan kegiatan berwirausaha. Pengembangan pembelajaran dalam persepktif pendidikan kewirausahaan pada jenjang pendidikan dasar diarahkan untuk pengembagan berbagai keterampilan akademik dan keterampilan sosial soft skill yang terinternalisasi dalam kecakapan hidup SetiawanPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kewirausahaan Sekolah Menengah Atas Negeri SMAN di DIY. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian yakni penanggung jawab program, koordinator program, dan guru kewirausahaan. Penelitian dilaksanakan pada sekolah penyelenggara program kewirausahaan, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMAN 2 Banguntapan, SMAN 1 Turi, dan SMAN 1 Playen. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan studi dokumen. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menerapkan model interaktif dari Miles, Huberman dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 perencanaan program kewirausahaan SMAN di DIY dilakukan dengan penetapan tujuan, perencanaan program, perencanaan pembiayaan, dan perencanaan personil; 2 pelaksanaan program kewirausahaan SMAN di DIY meliputi pengorganisasian, koordinasi, dan implementasi kurikulum; 3 evaluasi program kewirausahaan SMAN di DIY dilakukan pada setiap akhir semester oleh tim kewirausahaan Kasapoğlu Melek DidinThis study aims to investigate the relationship between pre-service pre-school teachers’ life skills and psychological well-being and to determine whether or not various variables related to pre-service pre-school teachers gender, age, grade level, type of instruction, cumulated grade point average, status of taking course about life skills and their life skills significantly predict their psychological well-being. In this quantitative study with correlational design, data were gathered from 391 pre-service pre-school teachers studying at a state university, with 5-point Likert-type Life Skills Scale developed by Bolat and Balaman 2017; 7-point Likerttype Psychological Well-being Scale developed by Diener, Wirtz, Tov, Kim-Prieto, Choi, Oishi and Biswas-Diener 2010 and adapted into Turkish by Telef 2013. Data were analyzed through descriptive statistics, canonical correlation and hierarchical regression. It is concluded that pre-service pre-school teachers’ psychological well-being levels are relatively high and that the life skill they developed most is communication and interpersonal relationships. Canonical correlation results indicate that there is a medium-level relation between life skills and psychological well-being and that psychological well-being is significantly predicted by gender, age, and the following life skills “empathy and self-awareness”, “decision-making and problemsolving”, “creative and critical thinking”. Anahtar Kelimeler Pre-school curriculum, Pre-service pre-school teacher, Psychological well-being, Life skills Yulia Elfrida Yanty SiregarReza RachmadtullahNirwana PohanThis study aims to describe the effect of self-regulation, emotional intelligence to character building in the fourth grade of elementary school. The sample of the study consisted of 150 student's elementary school from Meuraxa districts in Banda Aceh. This research uses Quantitative method with survey method and correlation technique. The result of this research analysis show 1 existence of positive relation of self-regulation with character formation 2 existence positive correlation of emotional intelligence with character building 3 existence positive relation of self-regulation and emotional intelligence with character building. Emotional intelligence is the higher cognitive so that the individual recognizes, understands, and uses emotions involvement in public education is an expression of joint responsibility between parents and the state in which parents are expected to comply with current educational policy. Moreover, parents are often perceived as reactive, whereas the educational administration is seen as proactive, mainly by reducing barriers and establishing mechanisms for parental involvement. Referring to proactive involvement in which parents practice noncompliance while fighting the system, this study conceptualizes parental entrepreneurship.’ The practical aspects of parental entrepreneurship are analyzed based on three well-known manifestations homeschooling, the integration of children with special needs, and parental cooperatives within early childhood education and care. Parental entrepreneurship further exemplifies the blurry boundaries between parents and administration as regards children’s education and demonstrates that the entrepreneurial role parents may play in reforming formal public education. Parental entrepreneurship also illuminates the ongoing renegotiation of the foundations of the social contract between parents and the government, primarily in relation to professionalism, legitimacy, and authority. Eva Schmitt-RodermundPersonality traits and parenting may relate to entrepreneurial competence EC and entrepreneurial interests EI, which both are central elements of Holland's E-type. Three hundred and twenty 10th grade students and 139 small business founders from East Germany were studied using structural equation modeling. Results showed that an entrepreneurial personality low agreeableness and neuroticism, high extraversion, openness, and conscientiousness, and authoritative parenting were linked to adolescent EC in both samples. EC predicted stronger EI, which in turn related to entrepreneurial career prospects in the students, and to an earlier timing of the first business start-up in the founders. Concerning entrepreneurial success, an early start-up and an entrepreneurial personality of the founder were both found to be beneficial. The discussion concentrates on two implications of the findings bank professionals dealing with venture capital loans would profit from a more thorough assessment of personality traits and programs to foster entrepreneurship should address adolescents in addition to is often referred to as being external to education – a state of affairs presenting the modern curriculum with numerous challenges. In this article, globalisation’ is examined as something that is internal to curriculum and analysed as a problematisation in a Foucaultian sense, that is, as a complex of attentions, worries and ways of reasoning, producing curricular variables. The analysis is made through an example of early childhood curriculum in Danish preschool, and the way the curricular variable of the preschool child comes into being through globalisation’ as a problematisation, carried forth by comparative practices such as Programme for International Student Assessment. It thus explores some of the systems of reason that educational comparative practices carry through time, focusing on the ways in which configurations are reproduced and transformed, forming the preschool child as a site of economic V. ShavininaMany people correctly believe that a majority of innovators come from the population of gifted and talented children. If we want to develop innovative abilities of the gifted, then a special, new direction in gifted education is needed innovation education. This article introduces innovation education, which refers to a wide range of educational interventions aimed at identifying, developing, and transforming child talent into adult innovation. Such educational interventions should include, but should not be limited to, the 10 interrelated components. This article describes each of Hegarty Colin JonesPurpose With the unbridled demand for entrepreneurship in higher education, the purpose of this paper is to identify how pedagogy can inhibit students in making the transition to graduate entrepreneurship. Along the way, the concept of what and who is a graduate entrepreneur is challenged. Design/methodology/approach The paper reports upon the pragmatic development of enterprise programmes in Ireland and Australia. Despite different starting points, a convergence of purpose as to what can be realistically expected of enterprise education has emerged. Findings This study reinforces the shift away from commercialisation strategies associated with entrepreneurial action towards developing essential life skills as core to any university programme and key to developing entrepreneurial capacity among students. Despite similar government intervention, university policy and student demand for practical‐based entrepreneurial learning in both cases, graduates tend not to engage in immediate entrepreneurial action due to the lack of fit between their programme of study and individual resource profiles, suggesting that graduate entrepreneurship is more than child's play. Practical implications There are practical implications for educationalists forced to consider the effectiveness of their enterprise teachings, and cautionary evidence for those charged with providing support services for graduates. Originality/value Given the evolutionary approaches used at the University of Tasmania to develop students as “reasonable adventurers” and at the University of Ulster to develop “the enterprising mindset” the paper presents evidence of the need to allow students the opportunity to apply entrepreneurial learning to their individual life experiences in order to reasonably venture into entrepreneurial and Teacher EducationM L et al. Teaching and Teacher Education, 64291-304,2017. Diakses dari Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information CenterK AndersonV JefferyAnderson, K., & Jeffery, V. 1998. What Are Good Child Outcomes ? Education Resources Information Center, Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers ' Entrepreneurial Potential in TaiwanL LeeC LaiLee, L., & Lai, C. 2010. An Exploratory Survey of Prospective Childcare Givers ' Entrepreneurial Potential in Taiwan. In International Conference on Business and Information pp. 1-11. Kitakyushu, Japan. Pembelajarankewirausahaan memberikan keterampilan khusus pada siswa, sehingga dapat mengelola keterampilannya sebagai sumber kehidupannya.Pengembangan pendidikan kewirausahaan yang terdapat dalam kurikulum nasional SMK dalam rangka menciptakan kualitas sumber daya manusia (lulusan) yang unggul dan berjiwa wirausaha.
93% found this document useful 14 votes4K views13 pagesOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?93% found this document useful 14 votes4K views13 pagesProgram Pengembangan KewirausahaanOriginal TitlePROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAANJump to Page You are on page 1of 13 WXNXFK WEJEKHFJFJ MEPIXFURFDFFJKI LFXUA DULF HFJCFXKFRIJKflrfsfd Ihtilfiyfd Lfrua Dulf HfjcfrkfsijCA. Muij Reaftfj. . Lfrua Dulf. X\. 66Hfjcfrkfsij HFH Heafmfj` Wejlilimfj kerupfmfj pijtu `erhfj` `ejerfsi pejerus hfj`sf ujtum kekhejtumprihfli yfj` uj``ua, hfim sebfrf ijlivilu kfupuj meankpnm. Mewirfusfdffj sehf`fi sfafd sftufaterjftio snausi lfafk kej`ekhfj`mfj se`faf pntejsi hfj`sf miji lfpft lifcfrmfjkeafaui pekheafcfrfj li semnafd. Dfa iji iji lipermuft naed pejlfpft Ir. Biputrf lfafk Yfsfr 87673 09, hfdwf cukafd ejtreprejeur kijikfa luf persej lfri pnaupfsi suftu hfj`sf,kfkpu kejlnhrfm lfj kejlnrnj` mekfcufj emnjnki. Rfft iji, hfj`sf mitf kuafikej``fafmfmfj pejlilimfj mewirfusfdffj li semnafd-semnafd, f`fr pfrf siswf lfpftsifp kejtfa lfj mnkpetejsi seteafd meaufr lfri lujif semnafd lfj kfsum melfafk lujif mewirfusfdffj iji fafj`mfd hfimjyf hfimjyf likuafi lfri aij`mup pejlilimfj lfsfr,mdususjyf li semnafd lfsfr. Mewirfusfdffj ujtum fjfm humfj herkfmsul ujtumkekpemercfmfj fjfm, jfkuj kejfjfkmfj jiafi-jiafi mewirfusfdffj secfm liji. Jiafi- jiafimewirfusfdffj kej`fjluj` mfrfmter ‒ mfrfmter hfim lfafk medilupfj fjfm. Dfa iji secfafjlej`fj pejlfpft Pihnwn87673 88 hfdwf pejlilimfj mewirfusfdffj sedfrusyf kekfj`liafmumfj secfm liji lifcfrmfj li cejcfj` fwfa pejlilimfj yfitu \fkfj mfjfm- mfjfm lfjRemnafd Lfsfr. \ejtujyf kfteri yfj` lisfkpfimfj lisesufimfj lej`fj cecfj` pejlilimfj lfjusif siswf. Ciwf ejtreprejeursdip iji kekherimfj mnjtrihusi yfj` pnsitio hf`i medilupfj Rfjlif`f Ujn lfafk Pfrldfjf 876236<6 kejyftfmfj hfdwf mewirfusfdffjhertucufj ujtum kejcflimfj sesenrfj` kejcfli aehid hfim, humfj sekftf- kftf kekhuftsesenrfj` kejcfli mfyf. Keafaui pejlilimfj mewirfusfdffj iji lidfrfpmfj meafm fjfm lfpftkfjliri lfj kekherimfjmesekpftfj hemercf hf`i nrfj` afij. Ciwf ejtreprejeursdip iji lfpft keaftid fjfm ujtumkfkpu hertijlfm lfj hersimfp berlfs lfafk kej`dflfpi herhf`fi tfjtfj`fj 87793 68 cu`f kejyehutmfj hfdwf sfafd sftu mfte`nri ejtreprejeursdip flfafdfbflekib Ejtreprejeur, dfa iji kej``fkhfrmfj fmflekisi yfj` kej`fcfr ftfu kej`eanafaekhf`f pejlilimfj lej`fj pnaf lfj `fyf ejtreprejeur sfkhia kejcf`f tucufj hejtum fbflekib ejtreprejeur, libnjtndmfj naed me`iftfj pejlilimfjmewirfusfdffj Remnafd , kisfajyf lej`fj kekherimfj tu`fs mepflf siswf semnafdlfsfr ujtum kej`fkfti lfj tercuj afj`suj` pflf me`iftfj usfdf li semitfr keremf. Wfrfnrfj`tuf siswf cu`f imut kejlumuj` flfjyf prn`rfk lfri Remnafd tersehut, lfj kejiafi hfim ujtum kej`ekhfj`mfj pntejsi fjfm, yfj` seheaukjyf herpejlfpft hfdwfmewirfusfdffj iji hfru hisf lifcfrmfj metimf fjfm lewfsf meafm. H. Wej`ertifj Mewirfusfdffj flfafd tejtfj` mercfsfkf lej`fj nrfj` afij, mfrejf mewirfusfdffj cu`f herhibfrf tejtfj` hf`fikfjf kekherimfj kfjofft hf`i nrfj` Mewirfusfdffj Wej`ertifj mewirfusfdffj sebfrf ukuk flfafd mewirfusfdffj flfafd suftu prnses lfafkkej`ercfmfj sesuftu yfj` hfru ftfu mreftio lfj herhelf ijnvftio yfj` herkfjofft lfafkkekherimfj jiafi Lrs. Cnmn Ujtnrn hfdwf mewirfusfdffj flfafd suftu meherfjifj ujtum keafmumfjupfyf upfyf kekejudi mehutudfj dilup yfj` liafmumfj naed sesenrfj`, ftfs lfsfr mekfkpufj lej`fj bfrf kfjofftmfj se`faf pntejsi yfj` likiaimi ujtum kej`dfsiamfj sesuftuyfj` herkfjofft hf`i lirijyf lfj nrfj` mewirfusfdffj kejurut Fdkfl Rfjusi 699< mewirfusfdffj flfafd suftu jiafiyfj` liwuculmfj lfafk periafmu yfj` licflimfj sukher lfyf, tejf`f pej``erfm, tucufj, sifsft,mift, prnses, lfj dfsia hisjis. Wej`ertifj mewirfusfdffj kejurut hfpfm Rnedfrtn Wrfwirn6990 flfafd suftu jiafi yfj` lihutudmfj ujtum kekuafi usfdf lfj kej`ekhfj`mfj mewirfusfdffj kejurut Riswfjtn Rulnkn 6949 Mewirfusfdffj ftfuejtreprejeursdip flfafd se`faf sesuftu yfj` pejtij` kej`ejfi senrfj` wirfusfdf, yfmjinrfj` yfj` kekiaimi sioft hemercf merfs lfj hermnrhfj, kekusftmfj se`faf lfyf lfj herfjikej`fkhia risimn ujtum kewuculmfj `f` heherfpf pej`ertifj li ftfs lfpft lisikpuamfj hfdwf mewirfusfdffj flfafd3Mewirfusfdffj flfafd simfp kejtfa lfj ciwf yfj` seafau fmtio, mreftio, ijnvftio, herlfyf,herbiptf, hermfrsf, lfj hersfdfcf lfafk herusfdf lfafk rfj`mf kejij`mftmfj pejlfpftfj lfjkekherimfj jiafi aehid ujtum lirijyf, meaufr`f lfj kfsyfrfmft lfafk me`iftfj usfdfjyflej`fj bfrf hemercf sfkf lej`fj nrfj` afij sertf kfjofftmfj se`faf pntejsi yfj` likiaimiujtum kej`dfsiamfj sesuftu yfj` herkfjofft hf`i lirijyf lfj nrfj` meprihflifj lfj Wresilej Liremtur Aekhf`f Wejlilimfj Lutf Hfj`sf KiejXfbdkfj Ujn lfaffk Picftjn 87793 685 kejyehutmfj hfdwf ujtum kejcfli wirfusfdfwfjdfjlfa, lihutudmfj mfrfmter seperti mekfkpufj ujtum lfpft6. Lfpft hermnkujimfsi lej`fj hfim8. Lfpftkekhfwf liri li herhf`fi aij`muj`fj, Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
CAicK.
  • 05e4lbgzim.pages.dev/222
  • 05e4lbgzim.pages.dev/168
  • 05e4lbgzim.pages.dev/258
  • 05e4lbgzim.pages.dev/430
  • 05e4lbgzim.pages.dev/73
  • 05e4lbgzim.pages.dev/449
  • 05e4lbgzim.pages.dev/39
  • 05e4lbgzim.pages.dev/364
  • dokumen program pengembangan kewirausahaan