Ataudalam intepretasi Sufi (Tidak ada kenyataan kecuali Allah) - - - HAKEKAT = Tanah di dalam tubuh kita, sebab itulah kita boleh tetap Berarti taqwa adalah merupakan rukun Ihsan yang pertama. Adapun untuk memberi kejelasan sempurna tentang definisi Taqwa, maka merujuk surat Al Baqarah ayat 282, yaitu orang bertaqwa adalah orang yang
Mungkin sekali waktu kita sedikit mengalami kesulitan untuk menjelaskan tasawuf dan sufi kepada orang lain dengan kalimat singkat dan sederhana. Mungkin juga kita menjelaskan tasawuf dan sufi dengan penjelasan panjang yang tidak definitif. Mungkin juga kita menjelaskan tasawuf dan sufi dengan pengertian rumit yang justru menjauhkan tasawuf dari pengertian aslinya. Pasalnya, tasawuf memiliki pokok utama yang tidak bisa dilepaskan. Sementara banyak penjelasan lainnya hanya merupakan cabang, ekspresi, dan bentuk penerjemahan dari pokok-pokok tasawuf. Imam Al-Ghazali memberikan penjelasan pendek yang menjadi pokok-pokok dalam tasawuf. Penjelasan pendek ini cukup memadai. Ia menyebutkan hablum minallah dan hablum minan nas sebagai ajaran pokok dalam tasawuf. Dua pilar utama tasawuf ini disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad untuk mengenalkan dunia tasawuf dan sufi kepada anak-anak. Dua ajaran pokok dalam tasawuf ini disampaikan dengan bahasa singkat dan sederhana agar mudah dimengerti kalangan anak-anak. Meski demikian, bobot penjelasan singkat ini cukup bermanfaat juga bagi orang dewasa. Pasalnya penjelasan singkat dan sederhana ini tidak mengurangi substansi tasawuf. Penjelasan sederhana itu berbunyi sebagai berikut ثم اعلم أن التصوف له خصلتان الاستقامة مع الله تعالى والسكون عن الخلق٬ فمن استقام مع الله عز وجل وأحسن خلقه بالناس وعاملهم بالحلم فهو صوفي Artinya, “Ketahuilah tasawuf memiliki dua pilar, yaitu istiqamah bersama Allah dan harmonis dengan makhluk-Nya. Dengan demikian siapa saja yang istiqamah bersama Allah SWT, berakhlak baik terhadap orang lain, dan bergaul dengan mereka dengan santun, maka ia adalah seorang sufi,” Imam Al-Ghazali, Ayyuhal Walad, [Singapura-Jeddah-Indonesia, Al-Haramain 2005], halaman 15. Bagi Imam Al-Ghazali, upaya menemukan inti dari tasawuf tidak sulit baginya. Pasalnya, ia memahami benar apa yang dia bicarakan berpanjang-panjang selama ini dalam karyanya terutama Ihya Ulumiddin. Istiqamah bersama Allah baik secara lahir dan batin menuntut kebulatan hati dan kesatuan perbuatan yang sesuai garis agama Islam. Sedangkan interaksi secara baik dengan empati terhadap makhluk-Nya merupakan sisi lain tasawuf yang sulit dipisahkan dari yang pertama, yaitu istiqamah. Tasawuf bukan semata persoalan lahiriah yaitu soal jubah, serban, biji tasbih, rida hijau yang diselempangkan di bahu, berjenggot, bertongkat, menunjukkan lafal tauhid, memotong celana hingga di atas mata kaki, mengubah ejaan menjadi lebih islami dalam media sosial, atau soal kekuatan ghaib akrobatik dengan pelbagai kecenderungan khariqul adat. Tasawuf, bagi Imam Al-Ghazali, juga bukan fenomena hijrah lalu dipahami secara sempit sebagai tindakan meninggalkan aktivitas yang dianggap tidak islami atau uzlah menjauhi manusia dan pelbagai aktivitas yang dipersangkakan haram. Adapun sufi dalam bahasa sederhana Imam Al-Ghazali adalah orang yang menjaga perilakunya untuk senantiasa taat kepada Allah lahir dan batin, serta bermasyarakat dengan kepedulian terhadap sesama dan alam sekitar. Dengan pengertian sederhana ini, setiap orang dapat menjadi atau menyandang status sufi tanpa harus mengubah penampilan dan meninggalkan aktivitas keseharian yang telah dijalani selama ini selagi tidak melanggar syariat. Pelajar, mahasiswa, santri, guru, dosen, pekerja pabrik, karyawan bank, buruh, pekerja swasta, ASN, desainer, fotografer, pemusik, dapat menjadi sufi tanpa harus mengubah tampilan lahiriah dan meninggalkan aktivitas kesehariannya. Dalam bahasa singkat, setiap dari kita dapat menjadi sufi dengan dua pilar tasawuf tersebut tanpa harus ikut-ikutan dalam fenomena hijrah.’ Wallahu alam. Penulis Alhafiz Kurniawan Editor Muchlishon
ISSN 0215-837X E-ISSN: 2460-7606 Jurnal Studi Islam dan Humaniora Volume XV, Nomor 01, 2017 Norhidayat THE ORIGIN OF WOMEN CREATION IN THE PERSPECTIVE OF SUFI
MariMenimba Ilmu Iman & Taqwa. bismillaah.. 1. PENGERTIAN, Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci. Al mahabbah dapat pula berarti al wadud yakni yang
Maka seorang calon sufi banyak melaksanakan ibadat. Tujuan semua ibadat dalam Islam ialah mendekatkan diri itu, terjadilah penyucian diri calon sufi secara berangsur. Jelas kiranya bahwa usaha penyucian diri, langkah pertama yang harus dilakukan seseorang adalah tobat dari dosa-dosanya. Karena itu, stasion pertama dalam tasawuf adalah tobat.
Perbedaantingkat pendidikan Muridin ( calon Wali Allah ) Menurut daftar pengajaran Sufi murid-murid itu dibagi atas tiga golongan, sebagaimana kitab-kitab Sufi pun dibagi atas tiga golongan bagi masing-masing mereka. Pembagian golongan itu adalah pertama mubtadi, orang-orang yang baru mempelajari ilmu Syari'at, yang belum suci sama sekali
HAKIKATDZIKIR. Dzikir lisan adalah dzikir dimana dgn dzikir itu mengingatkan qolbu yg lalai kepada allah swt. Dzikir jiwa ( nafs) Adalah dzikir yg terdengar oleh huruf maupun suara tetapi terdengar oleh rasa dan gerak² dalam batin. Dzikir qolbu. Adalah aktivitas qolbu dgn segala apa yg tersembunyi didalamnya dari pancaran keagungan dan
Sedangkanal-Ahwal adalah suatu rasa khauf, tawadhdhu’, taqwa, ikhlas, syukr dan muthma’innah di dalam diri seorang sufi. Tawbah merupakan suatu tindakan yang dilakukan seorang sufi untuk membersihkan dirinya dari dosa dengan cara menyadari dosa yang telah ia lakukan, mengakui, menyesali dan melakukan perbaikan atas kesalahannya.
vMgrVTi. 05e4lbgzim.pages.dev/4605e4lbgzim.pages.dev/30905e4lbgzim.pages.dev/6905e4lbgzim.pages.dev/36505e4lbgzim.pages.dev/39505e4lbgzim.pages.dev/20005e4lbgzim.pages.dev/14005e4lbgzim.pages.dev/96
hakikat taqwa menurut sufi