Sufitermashur dalam mahabbah ialah Rabiah al Adawiyah (713-801) dari Basrah Irak. Ia seorang hamba sahaya yang dibebaskan. Ya Allah atau Ya Rabb, karena memanggil tuhan dengan kata-kata serupa itu menyatakan bahwa Tuhan ada dibelakang tabir, orang yang duduk berhadapan dengan temannya tidak akan memanggil temannya itu. Bagi Al-Ghazali
Jakarta, Muslim Obsession – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Rabi’ah al-Adawiyah, kesufiannya tidak perlu diragukan lagi. Dia adalah sedikit dari ulama sufi perempuan yang sangat disegani dalam sejarah peradaban Islam. Pemikiran dan laku spiritualnya terus dikaji hingga hari ini. Berbagai macam kisah hidupnya pun sudah banyak dikupas dan ditulis dalam banyak buku. Bagi kalangan santri kisah yang paling populer dari Rabi’ah adalah ketika dia membawa obor dan ember berisi air malam-malam. Dikisahkan bahwa suatu malam Rabi’ah al-Adawiyah tengah berjalan di Kota Baghdad sambil menenteng air dan memegangi obor di tangan kirinya. Seseorang pun bertanya kepada beliau hendak dikemanakan air dan obor tersebut? Rabi’ah al-Adawiyah pun menjawab “Aku hendak membakar surga dengan obor dan memadamkan neraka dengan air ini. Agar orang tidak ada lagi mengharapkan surga dan takut siksa neraka dalam beribadah kepada Allah.” Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufi yang mengusung mazhab cinta. Cintanya kepada Allah begitu dalam dan kuat. Sehingga ia tidak mampu mencintai yang lainnya karena cintanya hanya untuk Allah. Karena saking cintanya kepada Allah, Rabi’ah pernah berujar bahwa ia tidak mendambakan surga dan tidak takut kalau dimasukkan neraka. Itulah Rabi’ah karena cintanya itu, ia diangkat menjadi wali dan Allah SWT berikan kepadanya karomah, sebagai tanda bahwa Dia adalah Wali Allah. Berikut adalah sejumlah karomah yang dimiliki oleh Rabi’ah al-Adawiyah sebagaimana yang tercantum dalam buku Rabi’ah; Pergulatan Spiritual Perempuan karya Margaret Smith. 1. Kisahnya dengan Binatang Buas Ketika Rabi’ah sedang jalan-jalan di sebuah pegununang, ada banyak binatang buas yang mendekatinya. Anehnya, binatang-binatang tersebut tidak menyerang Rabi’ah dan sangat jinak kepadanya. Mereka bermain bersama. Tiba-tiba, Hasan al-Basri muncul dan mendekati Rabi’ah. Seketika binatang-binatang buas tersebut menampakkan wajah buasnya dan pergi meninggalkan Hasan al-Basri. 2. Unta Mati Hidup Lagi Suatu hari Rabi’ah melakukan perjalanan haji ke baitullah Makkah dengan menaiki unta. Di tengah jalan, unta yang dinaiki tersebut mati. Langsung saja, Rabi’ah berdoa kepada Allah. Tidak lama setelah itu, untanya hidup kembali. Rabi’ah pun melanjutkan perjalanan hingga sampai ke baitullah dan pulang dengan menaiki unta yang sama, unta yang pernah mati itu. 3. Jarinya memancar cahaya Suatu malam ada dua orang teman Rabi’ah yang datang kerumahnya. Mereka hendak melakukan diskusi bersama dengan Rabi’ah. Na’asnya, rumah Rabi’ah tidak memiliki lampu penerang. Lalu Rabi’ah meniup ujung jari-jarinya hingga kemudian mengeluarkan cahaya yang terang dan menerangi seluruh rumahnya sepanjang malam. Dengan demikian, mereka bisa berdiskusi hingga pagi hari. 4. Pencuri yang Kebingungan Pada suatu malam rumah Rabi’ah didatangi oleh tamu yang tidak diundang. Tamu tersebut hendak mencuri pakaian Rabi’ah. Ketika sudah mengangkut semua baju Rabi’ah dan hendak kabur, pencuri tersebut bingung karena tidak menemukan pintu keluar. Namun, ketika sang pencuri meletakkan barang curiannya tersebut, ia menemukan ada pintu keluar. Sang pencuri mengulang perbuatannya itu –mengambil dan meletakkan barang Rab’iah- sebanyak tujuh kali. Hingga akhirnya sang pencuri mendengar ada hatif suara tanpa rupa yang mengatakan; Wahai manusia, jangan engkau persulit dirimu sendiri. Perempuan ini telah mempercayakan dirinya kepada Kami selama bertahun-tahun. Setan pun tidak berani mendekatinya. Mendengan suara itu, pencuri tersebut lari terbirit-birit tanpa membawa secuil barangpun dari rumah Rabi’ah. Konon kabarnya pencuri itu kemudian kembali lagi ke rumah Rabi’ah untuk meminta maaf, hingga akhirnya ia berguru dan menjadi muridnya. 5. Shalat di udara Kelima, suatu hari Hasan al-Basri mengajak Rabi’ah al-Adawiyah untuk shalat di atas air. Rabi’ah merespons ajakan Hasan itu dengan melemparkan sajadahnya dan terbang di atasnya. Ia mengajak Hasan untuk naik di atas bersamanya keliling kota agar orang banyak yang tahu. Tapi dari situ Rabi’ah memberikan pelajaran kepada Hasan Basri. Apa hanya sebatas ini yang dia minta, kalau hanya sebatas terbang, burung, lalat juga bisa terbang. Tidak ada istimewanya, dan tidak ada yang perlu dibanggakan dari terbang di atas angin, karena yang lebih istimewa adalah bagaimana bisa menjaga cinta hanya untuk Allah. Demikian di antara karomah Rabi’ah, semoga bisa menjadi hikmah dan pelajaran bagi kita agar bisa semakin dekat dengan Allah. Albar
Rabiahal-Adawiyah senantiasa bersenandung untuk Sang Maha Cinta pusat dari segala kecintaan. Dalam perjalanan sufi, Rabiah al-Adawiyah telah menyenandungkan konsep Mahabbah (cinta) yang gema frekuensinya terdengar hingga kedalaman kerinduan akan cinta kepada Sang Maha Cinta.. Seorang sufi prempuan yang telah meletakkan konsep monumental dalam perjalanan dunia sufi.
Rabiah Al-Adawiyyah wafat 801 M/185 H mengungkapkan cinta kepada Allah كُلُّهُمْ يَعْبُدُوْكَ مِنْ خَوْفِ نَارٍ وَيَرَوْنَ النَّجَاةَ حَظّاً جَزِيْلاً أَوْ بِأَنْ يَسْكُنُوْا الجِنَانَ فَيَحْظُوْا بِقُصُوْرِ وَيَشْرَبُوْا سَلْسَبِيْلاً لَيْسَ لِيْ باِلجِنَانِ وَالنَّارِ حَظٌّ أَنَا لَا أَبْتَغِيْ بِحُبِّيْ بَدِيْلاً Artinya, “Semuanya menyembah-Mu karena takut neraka. Mereka menganggap keselamatan darinya sebagai bagian untung melimpah.// Atau mereka menempati surga, lalu mendapatkan istana dan meminum air Salsabila// Bagiku tidak ada bagian surga dan neraka. Aku tidak menginginkan atas cintaku imbalan pengganti.” Rabiah Al-Adawiyah tidak meniatkan ibadahnya sebagai bekal kebaikan untuk meraih surga dan berlindung dari siksa neraka. Ia memaknai praktik shalat, puasa, zakat, haji, dan ragam ibadah lainnya sebagai bentuk cintanya kepada Allah. Rabiah meningkatkan derajat pengabdiannya atas dasar rasa cintanya semata kepada Allah dari pengabdian “transaksional” yang berisi imbalan kenikmatan surga dan penyelamatan dari siksa neraka. Alhafiz Kurniawan
Kujadikan Kau teman berbincang dalam kalbu. Dengan temanku tubuhku bercengkerama selalu. Dalam kalbu terpancang selalu kekasih cintaku". Bagi manusia yang rasa cintanya tidak tulus kepada Allah, ia selalu mengatakan begini: "Dalam batin kepada-Nya engkau durhaka, Tetapi dalam lahir kau nyatakan cinta. Sungguh aneh gejala ini.
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan. Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta. Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.” Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata aku turut bahagia untukmu. Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya. Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama. Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan. Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu. Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi. Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut. Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak. Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi. Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya. Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta ! Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya. Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya. Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya. Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu. Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh. Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan. 30 September 2011 Kategori Kata Kata Bijak . . Penulis pakdeazmi Tinggalkan komentar Belum ada komentar. Comments RSS TrackBack Identifier URI
Rabiah binti Ismail al-Adawiyah tergolong wanita sufi yang terkenal dalam sejarah Islam. Dia dilahirkan sekitar awal kurun kedua Hijrah berhampiran kota Basrah di Iraq. Dia lahir dalam sebuah keluarga yang miskin dari segi kebendaan namun kaya dengan peribadatan kepada Allah. Selama 30 tahun dia terus-menerus mengulangi kata-kata ini
Kata Kata Rabiah Al Adawiyah Kumpulan Kata Kata Mutiara Hikmah Rabiah Al AdawiyahYa Allah, jika aku menyembahMu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya, dan jika aku menyembahMu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku menyembahMu demi Engkau semata, Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi diriku ke dalam lautanKeikhlasan mencintai-MuHingga tak ada sesuatu yang menyibukkankuSelain berdzikir kepada-Mu1. Kata Kata Kata Kata Bijak Sufi Tentang Allah Kata Kata Bijak Sufi Tentang Kata Kata Bijak Sufi Tentang Kata Kata Bijak Sufi Tentang Hati2. Kumpulan Nasehat Ulama Kata Kata Nasehat Syekh Abdul Qodir Kata Kata Bijak Imam Hasan Al Kata Kata Sufi Ibnu Kata Kata Rabiah Al Kata Kata Syeikh Ibnu Atha’illah Al Kata Kata Syekh Rohimuddin Al-Bantani
Sururindalam Rabi'ah al-Adawiyah Hubb al-Illahi (2000), membeberkan doa-doa yang pernah dipanjatkan Rabi'ah al-Adawiyah dikenang abadi sebagai untaian kata-kata yang menawan. Dari sana, tergambar bagaimana kedudukan perempuan sufi tersebut. Hatinya kerap dinaungi perasaan ikhlas dalam menjalani kehidupan yang semata-mata demi Allah.
Rabìah al-`Adawiyyah was a Sufi figure known by eastern and western scholars and Sufism supporters through her concept of Love of God, asceticism, fear of God, piety and her interesting poems and anecdotes. Nevertheless, not many of them discussed about her mystical experiences from psychological view in motivating human life towards " meaningful life ". Thus this article will try to highlight who isRabìah al-`Adawiyyah, what are the concepts of Sufism introduced by her, which are of her poems and anecdotes influenced the readers and what are the motivational design can be developed through her mystical experiences in enhancing today's human life towards meaningful life in order to attain the happiness in this world and the hereafter. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free OlehChe Zarrina Binti Sa’ari*AbstractRabi`ah al-`Adawiyyah was a Su gure known by eastern and western scholars and Susm supporters through her concept of Love of God, asceticism, fear of God, piety and her interesting poems and anecdotes. Nevertheless, not many of them discussed about her mystical experiences from psychological view in motivating human life towards “meaningful life”. Thus this article will try to highlight who is Rabi`ah al-`Adawiyyah, what are the concepts of Susm introduced by her, which are of her poems and anecdotes inuenced the readers and what are the motivational design can be developed through her mystical experiences in enhancing today’s human life towards meaningful life in order to attain the happiness in this world and the hereafter. PENDAHULUANSejak awal Islam lagi sejarah Islam menyambut kehadiran wanita yang diiktiraf sebagai wanita-wanita solehah. Ini membuktikan agama Islam secara saksama telah memberikan kemuliaan terhadap kaum wanita dan kaum lelaki tanpa melihat kepada persoalan perbezaan jantina. Allah SWT. telah menegaskan persamaan tersebut dalam surah al-Nisa’ ayat 124 bermaksud“Barang siapa yang mengerjakan amal soleh baik lelaki mahupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka masuk ke dalam syurga dan mereka tidak dianiayai sedikit pun.”Kaum wanita dan kaum lelaki adalah hamba Allah yang masing-masing bertanggungjawab melaksanakan segala suruhan yang digariskan oleh * Che Zarrina Sa’ari, PhD, Profesor Madya di Jabatan Akidah dan Pemikiran Islam, Akademi Pengajian Islam, Universiti SUFI WANITA RABI`AH AL - `ADAWIYYAH MOTIVATOR KE ARAH HIDUP LEBIH BERMAKNA Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4330Allah. Apa yang membezakan mereka hanyalah ketakwaan masing-masing sebagaimana rman Allah Ta’ala dalam surah al-Hujurat ayat 13 bermaksud“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan dan menjadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”Serentak dengan perkembangan tasawuf dalam disiplin keilmuan Islam, didapati ianya turut memberi peluang besar kepada kaum lelaki dan wanita untuk menceburinya bagi merealisasikan tujuan penciptaan manusia di muka bumi Tujuan perjalanan kaum su yang digariskan oleh mereka seperti untuk bertaqarrub kepada Allah, menolak kemewahan dan tarikan dunia, mencairkan shahwat diri, menjalani kehidupan tafakkur, mencapai makrifat Allah, menenggelamkan diri dalam mahabbah Allah, mencapai mushahadah Allah dan sebagainya telah mewujudkan hubungan antara seorang hamba dengan Penciptanya tanpa memberi ruang sedikit pun kepada perbezaan jantina. Dalam dunia kerohanian ini, lahirlah seorang wanita bernama Rabi`ah al-`Adawiyyah yang terkenal dengan amal ibadahnya terhadap Allah Ta’ala melebihi segala-galanya. Rabi`ah al-`Adawiyyah adalah seorang tokoh su yang sering diperkatakan oleh para pengkaji dan peminat tasawuf samada dari Timur, Barat dan tempatan. Beliau cukup terkenal dengan konsep cinta Ilahinya hubb Allah, zuhudnya, khawfnya, ketakwaannya dan sya`ir-sya`irnya yang menarik serta anekdot-anekdot yang tidak penah lapuk dalam sejarah keilmuan Islam. Namun tidak ramai yang memperkatakan tentang peranan pengalaman kesuannya sebagai suatu bentuk motivasi dalam membentuk hidup insan yang lebih bermakna. Oleh itu aertikel ini akan menjelaskan tentang siapakah Rabi`ah al-`Adawiyyah, apakah konsep-konsep kesuan yang diperkenalkannya, apakah contoh-contoh syair dan anekdotnya yang memberi kesan kepada pembaca dan apakah bentuk motivasi yang mampu digarap daripada pengalaman-pengalaman kesuannya untuk mendorong kepada kehidupan insan kini ke arah yang lebih bermakna demi mencapai kebahagiaan duniawi dan Al-Hujwiri 1991, The Kashf al-Mahjub The Oldest Persian Treatise on Susm, trj. Reynold A. Nicholson, New Delhi Taj Company, h. 210. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna31LATAR BELAKANG KEHIDUPAN RABI`AH AL-`ADAWIYYAH SEBAGAI MOTIVASI HIDUP INSANBeliau ialah Rabi`ah binti Isma`il al-`Adawiyyah Beliau turut digelar sebagai `Umm Beliau dilahirkan di Basrah, tetapi para sarjana berselisih pendapat mengenai tahun kelahirannya. Ada yang berpendapat, beliau dilahirkan pada tahun 95H/713M4, ada pula yang mengatakan pada tahun 96H/714M5 dan ada yang berpandangan beliau dilahirkan pada tahun 99H/ Hal ini terjadi kerana tiada sumber-sumber yang kukuh menceritakan tentang tarikh lahir Rabi`ah secara tepat dan Di samping beliau juga tidak meninggalkan apa-apa bahan bertulis yang boleh dijadikan bahan rujukan tentang tarikh Beliau berasal dari keluarga miskin tetapi soleh dan dibesarkan di kota saat kelahirannya, beliau disambut dengan serba kekurangan sehingga ibunya pernah berkata kepada suaminya “Abang tercinta! Pergilah ke rumah jiran kita, mungkin mereka memiliki setitik minyak dan sehelai kain yang boleh dihadiahkan kepada kita, tolong mintakannya. Biar anak kita yang baru lahir ini boleh diselimuti oleh sehelai kain”. Keinginan itu 2 Ramai para pengkaji beliau yang terkeliru antara Rabi`ah al-`Adawiyyah dari Basrah dengan Rabi`ah atau Rabi`yah bint Isma`il dari Syria yang juga merupakan tokoh su wanita tetapi hidup selepas Rabi`ah al-`Adawiyyah. Lihat Margaret Smith 1994, Rabi`a the Mystic and Her Fellow-Saints, Felinfach Llanerch Publisher, h. 140-144; Muhammad Athiyah Khamis 2000, Rabiah al-Adawiyah, Kuala Lumpur Thinker’s Library, h. `Abd al-Rahman Badawi 1978 Shahidah al-`Ishq al-Ilahi R abi`ah al-`Adawiyyah, Kuwait Wakalah a-Matbu`ah, Mustafa `Abd al-Raziq 1984, al-Tasawwuf, Beirut Dar al-Kitab al-Lubnani, hlm. 114; Muhammad Shafiq Harbali Rabi`ah al-`Adawiyyah, al-Mawsu`ah al-`Arabiyyah Muyassarah, Kaherah Dar al-Qawmiyyah li al-Tiba`ah wa al-Nashr, h. 54; Margaret Smith 1994, op. cit., h. Drs. Asmaran Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta PT Raja Grando Persada h. Muhammad Shafiq Harbali op. cit., h. 54; Margaret Smith 1994, h. 5; Zakaria Stapa 1996, Tasawuf dan Empat Tokoh Su, Kuala Lumpur Dewan Bahasa, h. Abd al-Rahman Badawi mengungkapkan “Kita hanya megetahui peringkat pertama kehidupan Rabi`ah melalui Shaykh Farid al-Din `Attar di dalam bukunya Tadhkirah al-Awliya’”. Abd al-Rahman Badawi 1978, h. 12; `Abd al-Qadir Mahmud al-Falsafah al-Suyyah fi al-Islam, Beirut Dar al-Fikr al-`Arabi, h. 163. 8 Faysal Badir`Un 1983, al-Tasawwuf al-Islami al-Tariq wa al-Rijal. Kaherah Maktabah Sa`id Ra’fah, h. 139. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4332disambut oleh bapanya dengan hati yang berat kerana sebagai seorang yang soleh, bapanya tidak suka meminta-minta daripada manusia lain selain daripada Allah SWT. Walau bagaimanapun untuk tidak menghampakan permintaan isterinya, bapa Rabi`ah telah keluar mengetuk beberapa pintu rumah tetangganya, tetapi tidak ada seorang pun yang membuka pintu. Lalu bapanya kembali ke rumah dan berkata kepada isterinya “Isteriku, tetangga kita sedang tidur lena. Bersyukurlah kepada Allah kerana selama hayat kita belum pernah kita meminta-minta. Lebih baik selimuti sahaja anak kita dengan sehelai kain yang masih basah itu. Percaya dan tawakal kepada Allah. Tentu Dia akan memberikan jalan keluar yang terbaik untuk kita. Dan hanya Dialah yang memelihara serta memberikan kecukupan pada kita. Percayalah wahai isteriku tercinta.”9 Secara tidak langsung pengalaman bapa Rabi`ah memperlihatkan ketergantungan manusia seharusnya diletakkan kepada Allah Ta’ala semata-mata melalui doa, pengharapan raja’ dan tawakal tanpa perlu meminta-minta dari sesama manusia kerana Allahlah yang menyedia dan menentukan rezeki bapanya menamakannya dengan nama Rabi`ah disebabkan beliau adalah anak perempuannya yang keempat. Pada malam tersebut ayah Rabi’ah telah bermimpi bertemu dengan Nabi di mana Baginda bersabda kepadanya “Janganlah kamu bersedih kerana anak perempuan kamu yang baru dilahirkan itu merupakan seorang yang dikasihi Allah, 70 ribu daripada umatku mengharapkan syafaatnya”. Esok hari pergilah engkau menghadap `Isa Zadhan, Gabenor Basrah. Tulislah kata-kata ini di atas sekeping kertas “Wahai Amir, engkau biasanya sembahyang 100 rakaat pada setiap malam dan setiap malam Jumaat pula 400 rakaat. Tetapi pada malam Jumaat yang terakhir, engkau telah lupa melaksanakannya. Oleh itu, bagi menebusnya, berikan 400 dinar kepada lelaki yang membawa surat ini.” Pada keesokan harinya, bapa Rabi`ah menulis sepucuk surat seperti yang dipesan oleh Baginda dan kemudian pergi ke istana Gabenor Basrah tetapi bapanya tidak dapat bertemu dengan Gabenor tersebut dan hanya meninggalkan surat itu kepada pengawal istana agar disampaikan kepada `Isa Zadhan. Setelah menerima surat itu, `Isa Zadhan telah memenuhi permintaan dalam surat tersebut dengan menemui sendiri bapa Rabi`ah di Bermula dari 9 Farid al-Din `Attar Muslim Saints and Mystic Episodes from Tadhkirat al- Auliya’ Memorial of the Saints, trj. Arberry, Delhi Muslim Media, h. 40; Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, Rabi`ah al-`Adawiyyah wa al-Hayah al-Ruhiyyah fi al-Islam, Kaherah Dar al-Kutub al-`Arabi, h. 28; Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. Farid al-Din `Attar op. cit., h. 41; Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. 28; Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. 12. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna33saat inilah, keluarga Rabi`ah telah berubah persepsi terhadap Rabi`ah dan mereka menyambutnya dengan penuh rasa gembira dan bersyukur. Situasi ini memperlihatkan bahawa kesusahan yang diiringi dengan keyakinan terhadap pertolongan Allah mampu membawa manusia ke arah menyelesaikan permasalahan hidup yang kadang-kala tidak terlintas pun di hati manusia itu sendiri, malahan kewujudan seseorang manusia di muka bumi ini telah pun ditentukan untung ruginya nasib mereka oleh Allah Ta’ala. Ungkapan yang mengatakan bahawa anak perempuan kecil ini akan menjadi seorang yang dimuliakan Allah menunjukkan agama Islam tidak pernah meletakkan urusan jantina sebagai penentu kepada kemuliaan manusia di sisi dikatakan berasal dari suku kabilah `Atiq yang berasal dari puak Qays bin al-`Adi. Oleh yang demikian, beliau digelar Rabi`ah al-Qaysiyyah atau Rabi`ah al-`Adawiyyah. Manakala gelaran Rabi`ah al-Basriyyah disandarkan kepada tempat kelahirannya iaitu di Kota Sebagaimana yang di riwayatkan oleh pencatat biogranya, kehidupan Rabi`ah sejak kecil sering dirundung malang, namun beliau telah memperlihatkan tahap kewarakan yang tinggi. Beliau dan keluarganya hidup dalam kemiskinan di mana bapanya hanya memiliki sebuah perahu kecil yang dijadikan mata pencariannya dan Rabi`ah sering kali mengikut bapanya keluar mencari rezeki. Sejak kecil juga, Rabi`ah sering memerhatikan bagaimana bapanya melakukan ibadah kepada Allah dengan membaca al-Qur’an dan berzikir. Malahan beliau turut melakukan amalan tersebut sebagaimana yang pernah dilihat dan didengar daripada bapanya. Secara tidak langsung amal ibadah tersebut telah membentuk dirinya berakhlak mulia dan matang berkir. Sebagai contohnya, pada suatu hari ketika seluruh keluarga duduk menghadap makanan yang terhidang, Rabi`ah merenung bapanya seolah-olah meminta penjelasan mengenai makanan yang terhidang itu. Namun bapanya masih berdiam diri, lalu Rabi`ah berkata “Ayah aku tidak ingin ayah menyediakan makanan yang tidak halal.” Dengan kehairanan bapanya menatap wajah anaknya yang masih kecil lalu menjawab “Rabi`ah apa pendapatmu jika tiada lagi yang boleh kita peroleh kecuali barang yang haram?”. Rabi`ah menjawab “Lebih baik kita menahan lapar di dunia, ini lebih baik daripada kita menahannya di akhirat kelak dalam api neraka.”12 Maka sedarlah bapanya bahawa puterinya yang masih kecil itu telah menunjukkan tanda-tanda keimanan yang telah kukuh dan mantap yang sanggup menghadapi ujian-ujian kesusahan yang Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. 13; Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. Muhammad Athiyah Khamis 2000, Penyair Wanita Su Rabiah al-Adawiyah, Kuala Lumpur Thinkers Library, h. 2-3. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4334Pada masa ini juga Rabi’ah sangat tekun menghafal al-Qur’an. Apabila selesai menghafal, dia duduk dan menghafalnya kembali dengan penuh perasaan khusyuk dan menghayati segala maknanya. Rabi`ah sering mengasingkan diri, berwajah muram dan bersedih serta sering dalam keadaan berjaga untuk beribadah kepada Allah. Sikapnya ini membuatkan bapanya menitiskan air kecil ini juga, kedua ibu bapa Rabi`ah meninggal dunia yang menyebabkan beliau hidup bersama kakak-kakaknya sebagai yatim piatu. Mereka mengharungi cabaran hidup tanpa bantuan saudara lelaki atau harta peninggalan bapanya melainkan sebuah perahu tambang yang kemudiannya digunakan oleh Rabi`ah bagi mencari Tidak lama kemudian, kota Basrah dilanda kemarau yang panjang menyebabkan berlakunya kebuluran. Situasi ini telah memaksa Rabi`ah dan kakak-kakaknya meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan dan minuman. Namun dalam perjalanan tersebut Rabi`ah telah terpisah dengan adik beradiknya15 yang menyebabkan beliau menumpang sebuah kabilah. Malangnya kabilah tersebut telah diserang perompak dan Rabi`ah telah ditangkap lalu dijual dengan harga 6 dirham. Rabi`ah dibeli oleh seorang saudagar yang bengis dan beliau kemudiannya dilayan dengan layanan buruk dan dibebankan dengan kerja-kerja yang Walau bagaimanapun, keadaan ini tidak pernah mematahkan semangat Rabi`ah untuk terus berbakti kepada Allah Ta’ala sehingga suatu hari ketika Rabi`ah dalam perjalanan ke pasar untuk mendapatkan keperluan tuannya, beliau telah dikejar oleh sekumpulan lelaki jahat. Beliau melarikan diri tetapi telah tergelincir lalu jatuh yang menyebabkan tangannya patah. Beliau kemudiannya berdoa meminta pertolongan Allah, katanya “Wahai Tuhanku, aku seorang yang asing, seorang yatim, tanpa ibu dan bapa, seorang yang terkurung tanpa harapan telah jatuh ke dalam pengurungan, tanganku patah tetapi aku akan menghadapi semua ini dengan sabar. Apa yang aku teramat ingin tahu ialah apakah Engkau redha atau tidak kepadaku?” Sejurus kemudian Rabi`ah terdengar suatu suara berseru kepadanya “Janganlah kamu bersedih kerana di hari kebangkitan kelak kamu akan berada dalam barisan orang-orang yang hampir kepada Allah. Makhluk lain akan merasa dengki dengan kamu.”17 Selepas peristiwa ini Rabi`ah terus-terusan melakukan ibadah sepanjang malam walaupun di siang hari beliau letih melakukan 13 Ibid., h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. Ibid., h. 33; Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. Farid al-Din `Attar op. cit., h. Ibid.; Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, h. 35-36; Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. 16. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna35kerja-kerja yang banyak, tetapi pada malamnya beliau beribadah sepanjang malam kepada Allah. Keletihan yang dialaminya tidak dijadikan sebagai penghalang untuk beliau terus menjadi insan yang mendekati suatu malam, tuannya terdengar Rabi`ah berdoa “Wahai Tuhanku, Engkau lebih tahu betapa hatiku benar-benar ingin mentaatiMu dan melaksanakan segala perintahMu. Jika aku bebas aku tidak akan berhenti walau sesaat pun untuk bermunajat kepadaMu. Tetapi apa dayaku kerana Engkau telah menjadikan aku hamba kepada manusia.” Ketika itu juga tuannya melihat satu pelita tergantung di awang-awangan menerangi rumah tersebut. Peristiwa ini menginsafkan tuannya lantas Rabi`ah dibebaskan setelah beliau tidak mahu lagi tinggal di rumah tuannya walaupun sebagai tetamu rumah Kebebasannya digunakan sepenuhnya untuk beliau mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti halaqah-halaqah di masjid-masjid, menyertai halaqah zikir bersama para `abid dan menghadiri majlis-majlis ilmu bersama tokoh-tokoh su seperti Ibrahim Adham, Malik bin Dinar, Sufyan al-Thawri dan lain-lain Hasil kurniaan kebebasan tersebut, Rabi`ah telah menetapkan hidupnya hanyalah untuk menghambakan diri kepada Allah tarikh lahirnya, tarikh kematian Rabi`ah juga tidak dapat dipastikan dengan tepat menyebabkan para penyelidiknya berselisih pendapat mengenainya. Ada yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 135H 18 Farid al-Din `Attar h. 42; Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. 37; Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. Ada pendapat yang mengatakan Rabi`ah selepas dibebaskan berkecimpung dalam bidang muzik sebagai peniup seruling, tetapi kemudiannya beliau bertaubat dan beruzlah serta melakukan amal ibadat semata-mata. Badawi telah menerima pandangan ini serta membuat andaian-andaian sendiri tentang kehidupan Rabi’ah pada masa tersebut. Rabi`ah dikatakan tertarik kepada kehidupan dunia sehingga leka sebagai penyanyi dan terjerumus ke lembah shahwat, tetapi akhirnya bertaubat yang mana taubat ini sebagai bukti keterlanjuran beliau. Abd al-Rahman Badawi 1978, op. cit., h. 20-21. Namun Surur menolak pandangan tersebut dengan alas an bahawa berasaskan hakikat sejarah hidupnya sejak dari kecil lagi, Rabi`ah telah menunjukkan kewarakannya luar biasa, menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah Ta’ala, tidak pernah mengangkat mukanya ke langit kerana malu kepada Allah, tenggelam dalam sembahyang sepanjang malam dan berpuasa di siang hari serta sabar dalam menanggung kesusahan dan penderitaan semata-mata mengharapkan keredaan Allah. Oleh itu adalah tidak munasabah Rabi`ah boleh melupakan nikmat Allah dengan mensia-siakan kebebasan yang diberikan Allah dengan melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan suruhan Allah. Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. 41. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4336dan ada yang mengatakan pada tahun 185H. Tetapi mereka tidak berselisih pendapat berkenaan tempat pengebumiannya iaitu di kota Basrah kerana terdapat bukti kuburnya terletak di Namun kebanyakan pengkaji lebih cenderung mengatakan beliau meninggal pada tahun 185H dengan alasan Rabi`ah pernah bersahabat dengan Riyah bin `Amr al-Qaysi seorang tokoh su yang meninggal pada tahun 180H. Rabi`ah juga sempat berjumpa, berdiskusi dan bersahabat dengan Sufyan al-Thawri yang datang ke Basrah selepas tahun 155H dan beliau juga pernah dipinang oleh Gabenor Basrah, Muhammad bin Sulayman al-Hashimi yang memerintah Basrah pada tahun DAN KONSEP TASAWUF SEBAGAI MOTIVASI HIDUP INSAN Tidak dapat dinakan perbincangan tentang apa sahaja konsep yang di pegang oleh Rabi`ah akan menunjangi konsep cinta Ilahi mahabbah Allahnya. Persoalan cinta Ilahi ditonjolkan oleh para su bukannya hanya di bibir sahaja dengan tasbih, tahmid dan takbir, malah ditonjolkan melalui penghayatannya dalam setiap gerak geri mereka. Menurut al-Qushayri, cinta hampir tidak dapat di denisi dengan kata-kata, bahkan tidak dapat diungkap dengan mana-mana pengertian, tetapi cinta ini hanya dapat dirasai kerana cinta sejati tidak memerlukan Meskipun tidak dapat diungkap, namun menurut al-Qushayri lagi cinta Ilahi ditandai beberapa perkara iaitu kejernihan hati dengan cinta kasih; kecenderungan abadi yang menusuk kalbu orang yang sangat mencintai; mendahulukan Tuhan yang dicintai daripada diri sendiri; kesetiaan tidak berbelah bagi pada Tuhan yang dicintai; kesepakatan hati dengan kehendak-kehendak Tuhan yang dicintai; menggapai ketaatan dan menentang kederhakaan; memuji-muji sifat indah yang dimiliki Tuhan yang dicintai dan melupakan sifat-sifatnya sendiri; memberi sesuatu kepada Tuhan yang dicintai tanpa bersisa; menghapus ingatan kecuali kepada Tuhan yang dicintai; merasa cemburu dan membuat orang yang mencintai mabuk kepayang. Atau dengan kata lain cinta Ilahi akan membawa seseorang redha iaitu memberikan ketaatan tanpa disertai sebarang penyangkalan; shawq iaitu kerinduan yang mendalam untuk bertemu Tuhannya; dan Uns iaitu 21 Mustafa `Abd al-Raziq 1984, , h. Al-Qushayri al-Risalah al-Qushayriyyah, Kaherah Dar al-Fikr al-`Arabi, h. 319-320. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna37mempunyai hubungan spiritual yang intim yang terjalin antara orang yang mencintai dengan dalam menjalani proses cinta Ilahinya memiliki tanda-tanda yang dinyatakan oleh al-Qushayri tersebut sehingga beliau akhirnya disebutkan sebagai tokoh su pertama dan pengasas yang mengalunkan konsep cinta Ilahi tanpa mengharapkan balasan,25 tetapi mengungkapkan rasa kecintaannya dalam latihan kerohanian, syair-syair dan juga Namun begitu Rabi`ah berkata “Tidak ada perantaraan antara orang yang mencintai dengan orang yang dicintainya. Cinta berbicara dengan rindu dan perasaan. Hanya orang yang merasakan cinta sahaja yang dapat mengenal apa itu cinta kerana cinta tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Cinta itu sendiri yang mampu menjelaskan dirinya.”27 Katanya lagi “Tidak mungkin seseorang mampu menjelaskan sesuatu yang belum dikenalinya. Kehebatan cinta menyebabkan lidah menjadi kelu, meletakkan diri dalam kebingungan sehingga menutupi akal dari menyatakan sesuatu. Cinta itu mampu menguasai hati.”28 Kecintaan Rabi`ah terhadap Allah sukar digambarkan untuk ditafsirkan dengan kata-kata tetapi dibuktikan melalui ibadat yang dilakukan secara berterusan, semakin banyak ibadah seseorang hamba kepada Allah, semakin kuat cintanya kepada Allah dan sebaliknya semakin kuat cinta seseorang hamba kepada Allah, semakin kuat ibadahnya. Cinta Ilahi Rabi`ah yang tinggi dapat dilihatkan melalui anekdotnya, umpamanya beliau pernah berkata “Wahai Tuhanku, jika aku menyembahMu kerana takut kepada nerakaMu, maka bakarlah aku dengannya. Jika aku menyembahMu kerana mengharapkan syurgaMu, maka keluarkanlah aku darinya. Tetapi sekiranya aku menyembahMu semata-mata kerana cintaku kepadaMu, maka janganlah Engkau menutup keindahan wajahMu yang abadi dari pandanganku.”2924 Al-Qushayri op. cit., h. 320-326; Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir 2001, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta PT Raja Grando Persada, h. 259. 25 Pada masa tersebut, kebanyakan ahli su menekankan konsep pengabdian diri pada Allah kerana takutkan nerakaNya dan mengharapkan pahala dan syurgaNya. Margaret Smith 2000, h. 97. 26 `Abd al-Mun`im Qindil 1997, Rabi`ah al-Adawiyah Dan Cinta, trj. Mohd Sofwan Amrullah dan Mohd Royhan Hasbullah, Kuala Lumpur Pustaka Syuhada, h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, op. cit., h. `Abd al-Mun`im Qindil 1997, op. cit., h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1954, h. 57; Abu al-Wafa al-Ghanimi al-Taftazani 1979, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islami, Kaherah Dar al-Thaqafah li al-Tiba`ah wa al-Nashr, h. 87. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4338Apabila ditanya tentang hakikat imannya, Rabi`ah menjawab kepada Sufyan al-Thawri “Aku bukan menyembahNya kerana takutkan nerakaNya dan bukan pula kerana inginkan syurgaNya sehingga sikapku tidak ubah seperti seorang penerima upah yang jahat. Tetapi aku menyembahNya adalah semata-mata kerana cinta dan rinduku kepadaNya.”30 Jelas dapat dilihat penghayatan cinta Ilahi Rabi`ah yang mencintai Allah dengan sepenuh raganya sehingga tidak meletakkan kehendak manusia biasa untuk memasuki syurga dan menghindari neraka sebagai matlamat ibadahnya, tetapi menjadikan cinta kasihnya kepada Allah sebagai lambang kesungguhan penyerahan dirinya kepada Allah. Cinta ini jugalah yang menyebabkan Rabi`ah sering menolak untuk berkahwin kerana beliau mahu membebaskan diri dan hatinya daripada mencintai makhluk Allah kerana cintanya yang tulus suci kepadaNya. Katanya “Perkahwinan itu penting bagi orang yang mempunyai pilihan. Tetapi aku tidak mempunyai pilihan kerana aku sudah bernazar dan menetapkan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.. aku telah memutuskan untuk hidup di bawah perintah-perintahNya.”31 Cinta luar biasa yang dialami Rabi`ah menggambarkan cinta Ilahi kerana mengharapkan atau perasaan takutkan pembalasanNya bukanlah cinta yang ikhlas dan sebenarnya. Oleh itu Rabi`ah pernah berkata “Akan aku nyalakan api di syurga dan aku simbahkan air di neraka supaya kedua-dua halangan ini dapat dihilangkan daripada orang-orang yang menuju ke jalan Allah SWT. dan akan menjelaskan lagi tujuan mereka lalu mereka dapat melihat Allah SWT. tanpa sesuatu yang menyebabkan mereka mengharap dan merasa takut. Sekiranya tidak ada syurga dan neraka, masih adakah orang yang menyembah dan mentaati Allah SWT.”32Kecintaan Rabi`ah terhadap Allah juga diungkapkan melalui bait-bait syairnya yang indah dan berkesan, antaranya beliau pernah mengalunkan33Aku mencintaiMu dengan dua cintaCinta kerana diriku dan cinta kerana diriMuCinta kerana diriku dalam keadaan sentiasa mengingatiMuCintaku kerana diriMu Agar Engkau bukakan hijab bagikuMembolehkan agar aku dapat melihat Engkau30 Mustafa `Abd al-Raziq 1984, op. cit., h. 127; Hamka 1966, Perkembangan Tasauf dari Abad ke Abad, Jakarta Penerbit Pustaka Islam, h. 7231 `Abd al-Mun`im Qindil 1997, op. cit., h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1978, op. cit., h. Margaret Smith 1994, op. cit., h. 102-103; Taha `Abd al-Baqi Surur 1978, op. cit., h. 106. Mustafa `Abd al-Raziq 1984, op. cit., h. 126-127. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna39Bagiku ini bukanlah pujian untukkuPujian hanya tertumpu padaMu“Cinta kerana diriku” yang diungkap oleh Rabi`ah membawa maksud beliau menyaksikan Allah dengan penuh keyakinan sehingga timbul rasa sentiasa bersama denganNya. Manakala “Cinta kerana Allah” pula bermaksud cinta dengan pengagungan dan pemuliaan terhadap Allah kerana Dialah Zat yang Maha Agung. Cinta inilah menurut Rabi`ah merupakan cinta paling agung kerana terhasil dari proses perenungan kejamalan dan kejalalan Allah Rabi`ah juga pernah bermunajat kepada Allah dengan menyatakan bahawa seluruh jiwa raganya telah dipenuhi dengan cinta Ilahi yang tidak memberi ruang untuk diisi dengan cintai terhadap makhluk tenggelamkanlah aku dalam cintaMu Sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat mengganggukuKetika bersamaMuTuhanku, bintang-bintang di langit berkelip gemerlapanManusia telah terlena dibuai keasyikanPintu-pintu istana telah tertutup rapatPada saat itulah semua pencintaMenyendiri bersama yang dicintainyaTuhanku, inilah aku berada di hadratMuKetika malam kian berlaluSiang hampir menjelangAku rasa gelisahApakah amalanku Engkau terimaHingga aku merasa bahagiaAtau Engkau tolakHingga aku merasa sedihDemi kekuasaanMu Inilah yang sering aku lakukan Selama Engkau memberi hayat kepadakuSekiranya Engkau usir aku dari depan pintuMuAku tidak akan pergiAkibat cintaku padaMuTelah memenuhi seluruh jiwaku3534 Ibrahim Basyuni Nash’ah al-Tasawwuf al-Islami, Kaherah Dar al-Ma`arif, h. Drs. Asmaran Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta PT Raja Grando Persada, h. 271. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4340Selain itu, Rabi`ah juga turut terkenal dengan konsep zuhudnya. Kelangsungan konsep zuhud Rabi`ah sentiasa berjalan seiring dengan konsep cinta Ilahinya. Cara hidup zuhud telah dipraktikkan sejak awal Islam iaitu kurun pertama Hijrah lagi dan menjadi teras kepada pembentukan tasawuf pada zaman seterusnya. Malahan menurut kebanyakan pengkaji tasawuf, cara hidup kesuan pada peringkat awalnya dimanifestasikan melalui cara hidup zuhud tersebut. Malahan pada masa itu, kalimah su sendiri masih belum popular dan para pengkaji mengguna pakai beberapa kalimah yang antaranya adalah kalimah zuhhad untuk merujuk golongan yang melibatkan diri dengan cara hidup beliau menumpang kesu Ramai tokoh awal Islam yang di lihat melibatkan diri ke dalam cara hidup ini. Sayyidina Ali ibn Abi Talib yang sering kali dimasukkan ke dalam susur galur silsilah kaum su pernah berkata “Jika seseorang itu mengambil apa yang ada di permukaan bumi ini dengan maksud hanya kerana Allah, maka beliau bukanlah dari orang yang gemarkan kemewahan dunia.”37 Sufyan al-Thawri pula berpandangan, “zuhud terhadap dunia ialah sentiasa merasakan ajalnya telah hampir tiba; tidak makan makanan yang lazat dan tidak pula memakai pakaian yang mewah”. Manakala al-Junayd berpendapat, “zuhud ialah kosong tangan daripada memiliki sesuatu dan kosong hati daripada cita-cita.”38 Umumnya, berdasarkan anekdot-anekdot di atas, cara hidup zuhud yang dijalani oleh para su sekitar kurun pertama dan kedua Hijrah ialah zuhud yang menekankan perasaan takutkan azab neraka dan mengharapkan syurga yang disalurkan kepada membuang apa sahaja yang berbentuk duniawi untuk menjadi ahli Rabi`ah telah menukar arus perdana tersebut di mana beliau memberi penekanan konsep zuhud berasakan cinta. Selain itu, Rabi`ah turut menukarkannya daripada zuhud yang berasaskan kehendak iradah kepada zuhud yang berasaskan ma` Dalam sejarah perkembangan tasauf, Rabi`ah diiktiraf sebagai orang pertama mengemukakan konsep zuhud bersama cinta. Zuhudnya membuat beliau hidup dalam kemiskinan dan menolak segala kemewahan dunia serta keseronokan diri secara total sehingga akhir hayatnya. Para penulis biogranya mencatat rakan-rakan seperjuangannya sentiasa cuba menolong beliau dengan memberi pelbagai kemudahan bagi 36 Dr. Che Zarrina Sa’ari 1999, “An Analytical Study of Rise and Development of Susm From Islamic Asceticism to Islamic Mysticism”, Jurnal Usuluddin, Bil. 10, Disember 1999, h. 21. 37 Al-Sha`rani al-Tabaqat al-Kubra, Beirut Dar al-Fikr, h. Faysal Badir`Un 1983, op. cit., h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1978, .h. 79. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna41meringankan bebanan kehidupannya tetapi beliau selalu menolak. Rabi`ah pernah berkata “Sesungguhnya zuhud kepada dunia memberikan ketenangan dan keamanan, sedangkan terlalu mendambakan dunia boleh mendatangkan kekecewaan dan kesedihan. Oleh itu, persiapkanlah kehidupan akhiratmu dan dahulukanlah tempatmu kembali serta jadilah penasihat kepada dirimu sendiri. Jangan jadikan orang lain sebagai penasihatmu kerana orang lain akan mengikuti jejak langkahmu. Janganlah engkau bebankan orang lain untuk mengurus kepentinganmu kerana mereka akan membahagi-bahagikan warisanmu. Berpuasalah selama-lamanya dan jadikanlah masa berbuka engkau pada saat kematian menjelma. Mengenai aku sendiri, walaupun Allah telah melimpahkan kekayaan sebanyak yang telah dilimpahkan kepadamu atau berlipat kali ganda lagi, aku sama sekali tidak terpedaya dan tidak akan berbahagia meninggalkan zikir kepada Allah walaupun hanya sesaat.”40Rabi`ah lebih rela tinggal di rumahnya yang serba daif, bersolat di atas tikar sembahyang yang usang, berwuduk dari sebuah bekas air yang sudah pecah dan tidur di atas sekeping bata daripada meminta-minta atau menerima bantuan orang lain kerana baginya kemewahan itu akan mengganggu gugat konsentrasinya untuk terus mencintai Allah di samping rasa malunya untuk menerima bantuan dan pertolongan daripada yang lain selain Allah SWT.. Beliau menolak kehidupan dunia semata-mata kerana kecintaannya yang amat mendalam terhadap Allah SWT.. Diriwayatkan bahawa Gabenor Basrah telah memberi harta kepada Rabi`ah untuk digunakan bagi memenuhi keperluan sehari-hariannya, namun beliau menangis sambil berkata “Allah SWT. tahu aku malu untuk meminta daripadaNya perkara-perkara dunia yang Dia miliki, jadi bagaimana aku hendak mengambilnya daripada orang yang tidak memilikinya”.41Rabi`ah juga berpandangan bahawa kesusahan dan kesakitan adalah wahana untuk menyucikan diri. Oleh yang demikian, beliau redha hidup dalam kesusahan dan penderitaan, malah menganggap kedua-duanya itu sebagai makanannya sehingga Rabi`ah sering meminta kepada Allah agar kesusahan dan penderitaan terus menerus ditambahkan ke atas dirinya “Alangkah sedikitnya kesusahanku”. Yang bermaksud beliau mengeluh kerana cintanya kepada Allah masih terlampau Ini membuktikan bahawa kesusahan, penderitaan dan kesakitan hanyalah berupa ujian dan cabaran daripada Allah SWT. terhadap hambaNya supaya mereka lebih hampir kepadaNya, 40 `Abd al-Mun`im Qindil 1997, , h. Taha `Abd al-Baqi Surur 1978, h. Haji Zainal Arin Abbas 1979, Ilmu Tasawwuf, Kota Bharu Pustaka Aman Press, h. 453-454. Jurnal Usuluddin, Bil 25 [2007] 29-4342bersyukur dengan nikmatNya, mengingatiNya, malah mencintaiNya dengan lebih itu, Rabi`ah juga terkenal dengan konsep ketakutan khawf dan pengharapan raja’nya yang turut dilandasi dengan konsep utamanya cinta Ilahi. Dari sudut terminologinya khawf bermaksud takut dari terjerumus ke lembah kemaksiatan yang menyebabkan seseorang itu mendapat kutukan dan kemurkaan Allah SWT. sehingga ia berusaha menghindari kemungkaran tersebut. Manakala raja’ pula bermaksud mengharapkan keredaan dan keampunan Allah serta balasan yang dijanjikanNya iaitu mendapat pahala dan memasuki syurga serta menghindari dosa dan neraka. Ketakutan dan pengharapan merupakan dua konsep yang tidak boleh dipisahkan kerana kedua-duanya berjalan seiring dalam seseorang hamba Allah melaksanakan perintah Allah dan menghindari dan ketakutan yang ditonjolkan oleh Rabi`ah amat berlainan daripada ahli-ahli su sezaman dengannya termasuk Hassan al-Basri yang mempelopori kedua-dua konsep Bagi Rabi`ah, amal ibadah dan kebaikan yang dilakukannya demi untuk Allah SWT. semata-mata dan bukanlah mengharapkan balasan kenikmatan syurgaNya ataupun supaya dijauhkan daripada dicampakkan ke dalam azab neraka. Nikmat kesenangan yang ada di dalam syurga tidak pernah menjadi pendorong Rabi`ah untuk mengabdikan diri kepada Allah. Tetapi pendorong utamanya ialah kerinduan untuk melihat wajah Allah SWT, katanya “Tuhanku, jadikanlah neraka itu tempat musuh-musuhMu dan syurga itu tempat para kekasihMu. Adapun bagi aku memadai dengan melihat dan menyaksikan zatMu.”44 Manakala apabila Rabi`ah berada dalam keadaan ketakutan, beliau sering berkata “Sungguh sedikit bekalku yang memungkinkan ianya tidak memadai untuk menyampaikan aku kepada tujuan akhirku. Patutkah aku menangisi bekal yang sedikit ini dan aku ratapi perjalanan yang panjang ini? Oh Tuhanku, sekiranya Engkau hendak membakar aku, lalu di manakah harapanku yang menggunung kepadaMu. Oh Kekasihku, kemanakah menghilangnya ketakutan yang luar biasa kepadaMu.” Cinta Ilahi Rabi`ah yang diiringi dengan pengharapan untuk melihat wajahNya serta ketakutan terhadap bekalannya yang sedikit menyebabkan Rabi`ah sering menangis dan bersedih. Ketika beliau ditanya mengapa beliau sering menangis sehingga sejadahnya dibasahi air mata, maka 43 Konsep ini dipelopori oleh Hassan al-Basri yang menyatakan tujuan kedua-dua konsep ini ialah untuk mendapatkan kebebasan dari kejahatan dan kemaksiatan serta mencapai kebaikan dan ketakwaan dan seterusnya mengharapkan balasan yang baik dari Allah sebagaimana yang dijanjikanNya. Farid al-Din `Attar op. cit., h. `Abd Mun`im Qindil 1997, h. 158. Tokoh Su Wanita Rabi`ah Al - `adawiyyah Motivator Ke Arah Hidup Lebih Bermakna43beliau berkata “Aku takut berpisah dengan Allah SWT. walaupun sedetik kerana aku tidak boleh hidup tanpaNya. Aku takut Allah SWT. akan berkata kepadaku di saat kematianku Jauhkanlah dia dariKu kerana dia tidak layak berada di sisiKu.”45KESIMPULANSecara keseluruhannya dapat dilihat bahawa kehidupan Rabi`ah sejak dari kecil hingga ke akhir hayatnya mampu digarap sebagai suatu bentuk motivasi bagi umat Islam terutama peminat-peminat beliau mahu pun dari kalangan ahli su atau pun tidak. Kesedihan kedua ibu bapa Rabi`ah ketika menyambut beliau akhirnya bertukar suasana penuh kesyukuran kerana anak kecil yang dilahirkan itu mempunyai keistimewaan tersendiri. Oleh itu benarlah janji-janji Allah bahawa setiap anak mempunyai ketentuan dan rezeki masing-masing yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.. Situasi hidup keluarga Rabi`ah yang amat sederhana tetapi penuh kesolehan telah membentuk Rabi`ah menjadi manusia yang baik, solehah dan matang berkir walaupun dalam usia yang masih kecil. Mala petaka yang menimpa Rabi`ah iaitu menjadi yatim, terpisah daripada keluarga, menjadi hamba, dianiayai telah membentuk kesabaran yang tinggi di hati Rabi’ah, lantas menerima segala ujian dan cabaran itu sebagai pendorong untuk beliau terus mengabdikan diri pada Pencipta sehingga terbenam dalam jiwanya kecintaan yang agung terhadap Ilahi. Konsep-konsep tasawuf yang diperkenalkan beliau terutama konsep cinta Ilahi mengajar insan lain tentang kesucian dan ketulusan Rabi`ah dalam menggapai cinta Pencipta yang sekali gus menjadi pendorong kepada orang lain untuk menghampiri Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Konsep pengharapan dan ketakutannya mengajar insan lain supaya tulus ikhlas menjalani amal ibadah kepada Tuhan yang sekaligus merealisasikan perintah Allah berkenaan al-amr bi al-ma`ruf wa al-nahy `an al-munkar. Dengan kata lain, kecemerlangan dan kegemilangan Rabi`ah dalam membentuk hubungan luar biasa antara beliau dengan PenciptaNya membayangkan bahawa insan lain sebagai manusia biasa juga mampu memberi penekanan kepada persoalan spiritual yang berkaitan dengan keimanan dan ketakwaan yang secara tidak langsung membina hubungan erat dengan Allah SWT., lantas menyerlahkan akhlak mulia, peribadi mulia dan kehidupan yang jauh lebih baik sebagai menyahut tujuan kejadian manusia sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi Farid al-Din `Attar op. cit. ,h. 47. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Analytical Study of Rise and Development of Sufism From Islamic Asceticism to Islamic MysticismDr. Che Zarrina Sa'ari 1999, "An Analytical Study of Rise and Development of Sufism From Islamic Asceticism to Islamic Mysticism", Jurnal Usuluddin, Bil. 10, Disember 1999, h. 21.
PuisiCinta Rabiah Al-Adawiyah (Kata Mutiara) Romeltea | Follow @romel_tea Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.
Kebijaksanaan Rabi'ah – Rabi’ah Al-Adawiyah meninggalkan sejumlah pesan-pesan sufistik, kata-kata bijak dan bait-bait puisi kebijaksanaan yang berisi cinta Platonik dan kerinduan kepada Tuhan, serta filsafat Wahdah al-Wujud Unity of Being.Puisi-puisi kebijaksanaan Rabi’ah Al-Adawiyah sebagai berikut Zuhud Kebersahajaan dalam hidup membuat tubuh dan hati menjadi nyaman. Hasrat duniawi menciptakan kegelisahan dan sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Aku mencintai-Nya bukan karena aku takut neraka dan bukan pula berharap yang paling utama adalah kontempelasi di malam yang sepi. Baca juga Mengenal Sufi Rabi’ah Al-AdawiyahAku telah meninggalkan pertemuan-pertemuan dengan manusia. Aku berharap berintim ria dengan Dia. Inilah puncak isi dunia ini diberikan kepada manusia, niscaya tak akan cukup. Ia selalu sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Aku mencintainya bukan karena aku takut neraka dan bukan pula berharap yang paling utama adalah kontempelasi di malam telah meninggalkan pertemuan-pertemuan dengan manusia. Aku berharap berintim ria dengan Dia. Inilah puncak isi dunia ini diberikan kepada manusia, niscaya tak akan pernah cukup. Ia selalu kebaikan-kebaikanmu sebagaimana kamu sembunyikan seorang hamba adalah manakala dia menerima saat mendapat cobaan susah sebagaimana saat dalam keadaan senang.**Sumber tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Kebijaksanaan Para Sufi dan Filsuf.
BagiRabiah, ibadah dilakoninya semata kasih sayang Tuhan kepada dirinya. Kasih sayang itu, kata Rabiah, mutiara paling berharga bagi manusia, jika saja manusia itu mengetahui rahasia di baliknya. Dilahirkan di Basrah, Irak, pada tahun 713 M, Rabiah Basri, atau lebih dikenal dengan nama Rabiah Al Adawiyah, berasal dari keluarga yang hina dina.
Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan. Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta. Ada 2 titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua tu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.” Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata aku turut bahagia untukmu. Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita. Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya. Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama. Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan. Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya. Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu. Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi. Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping. Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut. Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak. Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi. Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya. Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta ! Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya. Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya. Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya. Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu. Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh. Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.*
xJrs1. 05e4lbgzim.pages.dev/12405e4lbgzim.pages.dev/11905e4lbgzim.pages.dev/21005e4lbgzim.pages.dev/31905e4lbgzim.pages.dev/33605e4lbgzim.pages.dev/23005e4lbgzim.pages.dev/31505e4lbgzim.pages.dev/370
kata kata rabiah al adawiyah