MahrusAly menjadi santri di Lirboyo, beliau merupakan santri yang aktif, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih dalam mengaji. Bahkan jika waktu libur tiba, KH. Mahrus Aly gunakan waktu itu untuk tabarukan dan mengaji di pondok pesantren lain. Beberapa diantaranya seperti Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy'ari. Ridlo Ibu Adalah Segalanya Ketika Ny. Arthimah binti Sholeh diceraikan oleh KH. Dahlan Jampes, beliau pulang ke rumah bapaknya di Banjarmlati dalam keadaan hamil, yang ketika lahir dinamakan Marzuqi. Sehingga Marzuqi ini ikut ibunya sampai dewasa sementara kakaknya KH. Ihsan ikut abahnya. Ketika KH. Marzuqi diambil menantu KH. Abdul Karim Lirboyo, walaupun ikut mertua namun setiap hari mengunjungi ibunya. Sementara itu, KH. Ihsan yang sudah menjadi pengasuh pesantren Jampes jarang bisa berkunjung karena kesibukannya. Suatu saat, sang ibu mengutarakan kerinduannya dan ingin bertemu dengan KH. Ihsan, hal ini disampaikan oleh KH. Marzuqi kepada KH. Ihsan. Setelah lama ditunggu, ternyata KH. Ihsan belum datang sehingga sang ibu menggerutu, KH. Marzuqi berusaha menghibur dengan matur "Sekarang kan kang Ihsan jadi kyai besar dan santrinya banyak, mungkin saja belum ada kelonggaran waktu" sang Ibu dengan ghodhob berkata "Masio Ihsan Kyai gede santrine sak jagad iku ora metu teko kayu watu, tapi metu teko wetengku iki". KH. Marzuqi pun pamit ke Jampes untuk menjemput kakaknya dengan naik sepeda onthel. Setelah bertemu beliau mengutarakan perkataan sang ibu kepada kakaknya. Begitu mendengar, KH. Ihsan langsung meliburkan pengajiannya dan bergegas pergi ke rumah ibunya di Banjarmlati, begitu tiba di perempatan Bandar ± 1,5 km dr rumah Ibu beliau turun dari kendaraan dan berjalan kaki, dan begitu tiba di ujung gang menuju rumah, beliau berjalan sedokan berjalan ala abdi keraton sampai di depan pintu terus duduk bersimpuh dan mengucapkan salam dengan lirih, dan mengajukan permohonan maaf sambil menangis......
PemikiranKH Ahmad Siddiq. Sebagai sosok ulama dan intelektual kondang, Kiai Ahmad Siddiq memiliki beberapa gagasan dan pemikiran yang inovatif nan konstruktif. Pemikirannya meliputi banyak hal, termasuk di antaranya adalah persoalan tasawuf dan tarekat. Versi putra bungsu Kiai Siddiq itu, tasawuf memiliki empat dimensi.
KH. Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa’id, tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak tinggal di tanah kelahiran. Sifat kepemimpinan beliau sudah nampak saat masih kecil. Sehari-hari beliau menuntut ilmu di surau pesantren milik keluarga. Beliau diasah oleh ayah sendiri, KH Aly dan sang kakak kandung, Kiai Afifi. Saat berusia 18 tahun, beliau melanjutkan pencarian ilmu ke Pesantren Panggung, Tegal, Jawa Tengah, asuhan Kiai Mukhlas, kakak iparnya sendiri. Disinilah kegemaran belajar ilmu Nahwu KH. Mahrus Aly semakin teruji dan mumpuni. Selain itu KH. Mahrus Aly juga belajar silat pada Kiai Balya, ulama jawara pencak silat asal Tegal Gubug, Cirebon. Pada saat mondok di Tegal inilah KH. Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun 1927 M. Di tahun 1929 M, KH. Mahrus Aly melanjutkan ke Pesantren Kasingan, Rembang, Jawa Tengah asuhan KH. Kholil. Setelah 5 tahun menuntut ilmu di pesantren ini sekitar tahun 1936 M KH. Mahrus Aly berpindah menuntut ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni KH. Mahrus Aly berniat tabarukan di Pesantren Lirboyo. Namun beliau malah diangkat menjadi Pengurus Pondok dan ikut membantu mengajar. Selama nyantri di Lirboyo, beliau dikenal sebagai santri yang tak pernah letih mengaji. Jika waktu libur tiba maka akan beliau gunakan untuk tabarukan dan mengaji di pesantren lain, seperti Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, asuhan KH. Hasyim Asy’ari. Pondok Pesantren Watucongol, Muntilan, Magelang, asuhan Kiai Dalhar dan juga pondok pesantren di daerah lainnya seperti; Pesantren Langitan, Tuban, Pesantren Sarang dan Lasem, Rembang. KH. Mahrus Aly mondok di Lirboyo tidak lama, hanya sekitar tiga tahun. Namun karena alimnya kemudian KH. Abdul Karim menjodohkan dengan salah seorang putrinya yang bernama Zaenab, tahun 1938 M. Pada tahun 1944 M, KH. Abdul karim mengutus KH. Mahrus Aly untuk membangun kediaman di sebelah timur Komplek Pondok. Sepeninggal KH. Abdul Karim, KH. Mahrus Aly bersama KH. Marzuqi Dahlan meneruskan tambuk kepemimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Di bawah kepemimpinan mereka berdua, kemajuan pesat dicapai oleh Pondok Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun untuk menuntut ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi dahlan dan KH. Mahrus Aly, bahkan ditangan KH. Mahrus Aly lah, pada tahun 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama IAIT Institut Agama Islam Tribakti. KH. Mahrus Aly ikut berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan ini nampak saat pengiriman 97 santri pilihan Pondok Pesantren Lirboyo, guna menumpas sekutu di Surabaya, peristiwa itu belakangan dikenal dengan perang 10 November. Hal ini juga yang menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya. Selain itu KH. Mahrus Aly juga berkiprah dalam penumpasan PKI di sekitar Kediri. KH. Mahrus Aly mempunyai andil besar dalam perkembangan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahkan beliau diangkat menjadi Rois Syuriyah Jawa timur selama hampir 27 Tahun, hingga akhirnya diangkat menjadi anggota Mustasyar PBNU pada tahun 1985 M. Senin, 04 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj. Zaenab berpulang ke Rahmatullah karena sakit Tumor kandungan yang telah lama diderita. Sejak saat itulah kesehatan KH. Mahrus Aly mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat KH. Mahrus Aly terus menerus larut dalam kedukaan. Banyak yang menyarankan agar KH. Mahrus Aly menikah lagi supaya ada yang mengurus beliau, namun dengan sopan beliau menolaknya. Hingga puncaknya yakni pada sabtu sore pada tanggal 18 Mei 1985 M, kesehatan beliau benar-benar terganggu, bahkan setelah opname selama 4 hari di RS Bhayangkara Kediri, beliau dirujuk ke RS Dr. Soetomo, Surabaya. Delapan hari setelah dirawat di Surabaya dan tepatnya pada Hari Ahad malam Senin Tanggal 06 Ramadlan 1405 H/ 26 Mei 1985 M, KH. Mahrus Aly berpulang ke rahmatullah. Beliau wafat diusia 78 tahun. al Fatihah… Kisah selengkapnya bisa Anda lihat di buku Tiga tokoh Lirboyo. 15

MahrusAly Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada tanggal 9 Muharram 1386 H. bertepatan dengan tanggal 30 April 1966 M. dan diresmikan pembukaannya oleh Menteri Agama RI. saat itu yakni Bapak Prof. KH. Syaefuddin Zuhri, pada tanggal 9 Rajab 1386 H. bertepatan dengan tanggal 25 Oktober 1966 M dengan 2 (dua) Fakultas yaitu Syariah dan

KH. Makhrus Ali merupakan satu diantara sesepuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri Jawa Timur. Tokoh kharismatik NU ini memberi 7 nasehat kepada kita (orang Islam) agar hidup tentram, yakni: 1. Kalau ingin rumah tangganya ingin sukses, kuncinya menghormati isteri. 2. Orang kalau ingin hidup mulia, hormati kedua orang tua
01Arbiyyah X KH. Syanawi Pendiri Pesantren Silsilah KH.Hasan Thuba Muhammad PP.Tanggir Singgahan Tuban Ny.Arbiyah X KH.Syanawi 1. Ny. Saudah X K. Mustaham 2. K.H. A. Syathori X Ny. Masturoh 3. Ny. 6.Azzah Nurlaila X Kafabih Mahrus Ali.Lirboyo Kediri domisili di Lirboyo Kediri Jatim. anak : 1.Arwa Fatimatuzzahra 2.Muhammad. 3.Aisyah annjwa
Padabagian ini saya menghadirkan kiai kharismatik dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Nama beliau adalah Kiai Haji Makhrus Aly dari PP Lirboyo Kediri. KH. Mahrus Aly lahir di dusun Gedongan, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. Terlahir dari pasangan K.H. Aly bin Abdul Aziz dan Hasinah binti Kyai Sa'id di tahun 1906 M. Beliau adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Masa kecil
TigaTokoh Lirboyo. Kisah ini disarikan dari buku berjudul 'Tiga Tokoh Lirboyo', terbitan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Mahrus Aly lahir di Dusun Gedongan, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dari pasangan KH Ali bin Abdul Aziz dan Nyai Hasinah binti Kyai Sa'id pada tahun 1906 M. Sumber: Lirboyo.pressTonton juga Karomah Ulama' Lainnya : EIpN.
  • 05e4lbgzim.pages.dev/313
  • 05e4lbgzim.pages.dev/429
  • 05e4lbgzim.pages.dev/114
  • 05e4lbgzim.pages.dev/94
  • 05e4lbgzim.pages.dev/34
  • 05e4lbgzim.pages.dev/194
  • 05e4lbgzim.pages.dev/315
  • 05e4lbgzim.pages.dev/236
  • silsilah kh mahrus ali lirboyo